Saturday, September 12, 2009

Jenis-jenis anggota tim

Dari hasil perbincangan yang cukup hangat, juga disebutkan beberapa jenis-jenis tim sebagai berikut :

1. Monkey
2. Mediocre (biasa-biasa saja)
3. STAR

Mari kita bahas satu persatu tipe berikut diatas

Yang pertama, anggota tim yang berjenis “Monkey” atau monyet ada pendapat yang mengatakan jenis ini harus dibinasakan (kejam oy), apakah mereka sudah di dalam zona nyaman (comfort zone) atau karena sebab lain. Berdasarkan diskusi, solusi menyatakan bahwa untuk menghadapi anggota tim dengan jenis seperti ini adalah dengan berbicara langsung kepadanya, apa sesungguhnya yang akan memotivasi dia, apakah dia punya hasrat yang terpendam sehingga kita dapat memberikan opsi kepada dia untuk pindah bagian, mungkin juga telah sekian lama dalam sebuah pekerjaan tertentu membuat dia merasa bosan, atau apa alasan lain yang membuatnya dia tidak antusias dalam mencapai target yang telah diberikan karena ini dapat mempengaruhi kinerja tim secara menyeluruh.

Yang lucunya, berdasarkan diskusi juga, ada kemungkinan “Monkey” ini bisa berubah menjadi “Gorilla” yang dapat menerkam kita sendiri bila dibiarkan. Namun menurut pandangan saya secara pribadi, bila kita sendiri yang dapat diterkam oleh “Gorilla”, itu menunjukkan kelemahan kita sebagai seorang pemimpin. Kita harus tegas dalam sebuah koridor tertentu dan tetap saja memegang hak asasi manusia dan sebisa mungkin menciptakan “Win-Win Solution” bagi kita semua.

Yang kedua, menjadi seorang mediocre atau tenang-tenang, biasa-biasa saja sebenarnya sah-sah saja, parameternya adalah apabila seseorang yang sudah mencapai posisi tertentu, katakanlah Manajer misalnya, dia sudah mendapat aktualisasi diri dan zona nyamannya, dia memblok orang lain yang menjadi bawahannya untuk bertumbuh dan berkembang lebih dibandingkan dia. Ini baru disebut ada sebuah masalah. Organisasi itu tumbuh dan berkembang, dan bila dia mempunyai sikap seperti ini maka dia secara tidak langsung juga menghalangi pertumbuhan dan perkembangan organisasi. Berdasarkan hasil diskusi ditemukan opsi bahwa apakah orang-orang seperti ini dapat dipensiunkan dini bila memang sudah terpenuhi persyaratannya atau dia memang bertingkah seperti itu karena mengharapkan perusahaan mengambil tindakan tegas dengan cara memberikan PHK dan mendapatkan 2 PMTK atau apa solusi lainnya. Ini masih dalam perdebatan karena menurut saya masih banyak juga organisasi yang mempunyai kebudayaan untuk mempertahankan harmonisasi dan kekeluargaan sehingga tidak akan menempuh jalur PHK sebagai alternatif dan mengambil jalan arif dengan memberikan tantangan-tantagan baru kepada orang muda yang antusias untuk lebih bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Mana yang paling pas, jawabannya ada di tangan anda. Anda yang dapat mengambil keputusan sesuai dengan situasi, kondisi dan budaya perusahaan masing-masing.

Yang ketiga, tipe STAR, yang merupakan bintang dalam sebuah tim. Ada beberapa pendekatan yang ditawarkan yaitu dengan memberikan sebuah “Program Ownership” seperti dengan memberikan sekolah lagi ke jenjang yang lebih tinggi (S2, S3, dsb), memberikan sebuah “Car Ownership Program” atau “Motorcycle Ownership Program” yang secara tidak langsung mengikat para STAR ini untuk dapat bertahan di organisasi kita.

Lepas dari ketiga bahasan tentang jenis tim diatas, lewat perbincangan tersebut juga dikatakan tentang “Zona Nyaman” yang didefinisikan secara bebas sebagai berikut Zona Nyaman adalah cukup materi dan aktualisasi diri. Dan ada tambahan istilah baru yaitu Zona Nyama ditambah dengan potensi maka akan menjadi Zona Layak.
Ditambahkan juga bahwa lepas dari zona itu ada juga tiga karakteristik yang diterapkan di PLN karena salah satu nara sumbernya yaitu Pak Juanda sebagai pemimpin “anak” perusahaan dalam naungan PLN yang mengembangkan tenaga listrik ke daerah-daerah terutama di Indonesia bagian Timur itu menjelaskan bahwa ada filosofi kerja yang diterapkan lewat sebuah pengalamannya menjadi kepala proyek bangkit tenaga listrik Payton, dimana ketika dua minggu sebelum kunjungan inspeksi Presiden, dibuatlah dulu kunjungan pertama oleh Menteri.

Pada awalnya Menteri menolak mengajukan rekomendasi kunjungan Presiden yang diakibatkan masih “berantakannya” proyek tersebut. Setelah kepulangan Bapak Menteri, Pak Juanda langsung mengumpulkan timnya dengan meningkatkan beberapa perbaikan dan itu ternyata membuahkan hasil yang signifikan, ini dibuktikan karena pada kunjungan kedua Bapak Menteri yaitu satu minggu sebelum hari kunjungan Presiden, Bapak Menteri takjub atas hasil perubahan dan langsung memberikan rekomendasi kunjungan Presiden. Ini salah satu bukti sebuah komitmen tim yang membawakan hasil yang memuaskan.

Kemudian pak Juanda juga menegaskan bahwa kita harus memandang tim itu juga lewat sebuah pandangan spiritual. Dia menyebutkan tiga hal mengenai hal ini secara lengkap yaitu
1. Kerja keras
2. Kerja pintar
3. Kerja Ikhlas

Sebagai akhir dari pembicaraan, disimpulkan juga bahwa kita sebagai pemimpin sendiri juga jangan terjebak dalam “Zona Nyaman”, karena bila seorang anggota tim saja sudah memberikan dampak tersendiri bila terjebak dalam zona ini, apalagi bila yang terjebak dalam zona nyaman itu adalah seorang pemimpin. Kuncinya adalah kita sebagai seorang pemimpin jangan terfokus pada diri sendiri.

(bahan diambil dari “Leadership Forum” yang diselenggarakan oleh Dunamis, tanggal 11 September 2009)

Salam Champion
Surya Rachmannuh