Saturday, September 12, 2009

7B. Harmoni dengan Sesama

Uang bukanlah segala-galanya, namun segala-galanya butuh uang. Memangnya naik taksi, bajaj dan angkutan lainnya pakai daun? Ya tidak lah yah.

Karena ukuran kebahagiaan dan sukses antara satu orang dengan orang yang lain itu sangat berbeda tergantung dari cara pandang, persepsi atau keyakinan dia yang mempengaruhi tindakannya. Dan buahnya adalah berupa kesuksesan dan keuangan yang menjadi tolok ukur tingkat kebutuhan manusia selagi ada dibumi ini.

Oleh karena itu, saya selalu juga mengajarkan untuk mengukur sukses atas keuangan dan kesuksesan lewat pendekatan yang biasa lewat ajaran pakar psikologi Abraham Maslow yang mengenalkan teori ini .


Lima Tingkat Kebutuhan Manusia

1. Survival atau bertahan hidup. Kebutuhan mendesak manusia berupa pangan, sandang dan papan. Orang yang kepepet atau dipepet terus oleh situasi dan kondisi tertentu bisa tiba-tiba nekat bila tidak terpenuhi kebutuhan ini.
2. Safety atau keamanan. Dimana orang sudah terpenuhi dan memasang tembok keamanan di sekitarnya, menyewa jasa keamanan karena sesuai dengan tingkat ekonominya yang semakin mapan.
3. Social atau sosial. Dimana orang sudah mulai sudah berbagi dari kelebihannya dan mulai dikenal keberadaannya ditengah masyarakat.
4. Self Esteem atau harga diri. Dimana harga diri sangat berharga sekali. Dia dihormati dan disanjung orang sebagai orang yang dermawan, senang membantu dan sebagainya
5. Self Actualization atau aktualisasi diri. Dimana orang mulai mengaktualisasikan dirinya. Ketika meraka sudah mencapai apa yang mereka cita-citakan. The sky is the limit. Sudah memiliki segalanya. Pengembangan pribadi, keluarga, karir dan social masyarakat bahkan ada yang rela meninggalkan segala kepemilikannya dan kembali ke area spiritual yaitu dengan lebih mendekatkan diri kepada ALLAH.

Mengambil hikmat dari ilustrasi “Ora Et Labora”, keluarga petani “B” dapat membantu keluarga petani “A” bukan sebaliknya merendahkan apalagi menjadi petani “A” menjadi buruh garapannya. Sebagai pribadi yang Champion memang benar kita harus menjadi percaya diri, namun tidak menjadi sombong dan harus dapat menilai keseluruhan diri seseorang apa adanya.

Batasannya adalah ketika kita berbicara kepada orang lain, apakah orang lain mendapatkan motivasi atau inspirasi sehingga mereka juga bertindak kembali ke jalan kehidupannya masing-masing.

• Kita memcetak prestasi tidak dengan maksud agar dapat merendahkan orang lain, melainkan mengangkat harga diri dan membantu orang keluar dari kesulitannya

• Kita memberikan rasa aman ketika orang berkomunikasi kita dengan cara yang asertif, tidak dengan memberikan ancaman atau paksaan.

• Kita saling membutuhkan hubungan sosial, situasi yang saling menguntungkan (Win win Solution), tidak hanya sekedar memanfaatkan situasi saja

• Kita saling menghargai sebagai kebutuhan dasar manusia atas pengakuan diri dari orang lain bukan dengan cara menjatuhkan harga dirinya, apalagi dihadapan orang lain

• Kita membantu orang lain mendapatkan aktualisasi dirinya, untuk apa tujuan hidupnya ada dibumi dan bila mungkin saling bergandengan tangan bersama menuju masa depan yang lebih baik.

We are the Champions, my fren.

Bahkan dengan pesaing pun kita harus melakukan hal yang sama, tentu saja dari segi hubungan bukan dari segi bisnis. Pesaing kita bukanlah musuh yang sesungguhnya.

Mereka malah memperbesar industri kebutuhan kita dan menambah pangsa pasar kita asal jangan saling menjatuhkan dan perang harga. Karena strategi perang harga bukan strategi yang baik sebenarnya, karena siklus bisnis juga memerlukan situasi saling menguntungkan bukan sebaliknya saling merugikan.

Musuh kita sesungguhnya adalah kemiskinan, perlakuan tidak adil, intimidasi dan kerusakan moral yang tidak saja mematikan potensi seorang, lebih lagi memudarkan tujuan sesesorang menjadi manusia yang seutuhnya.

Salam Champion
Surya Rachmannuh