Saturday, September 12, 2009

5A. Mengambil Respon yang benar

Ijinkan saya menjelaskan pentingnya kembali mengelola respon lewat sebuah ilustrasi seperti yang dikisahkan oleh mentor saya bapak Andreas Harefa dalam salah satu sesi pelatihannya sebagai berikut :


Warisan

Ada seorang bapak yang akan meninggal dunia dan mempunyai dua anak laki-lakinya. Si Sulung dan si Bungsu. Sebagai wasiat atau pesan terakhir, berpesanlah bapak itu kepada dua anak laki-lakinya bahwa ada hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam mengelola keuangan mereka.

Pertama, mereka tidak boleh menagih hutang yang telah diberikan kepada orang lain dan kedua, mereka harus berangkat kerja sebelum matahari terbit dan tidak boleh pulang sebelum matahari terbenam. Dan bapak itupun menghembuskan napasnya yang terakhir.

Beberapa minggu setelah pemakaman bapak itu dan selesai masa berkabungnya, maka sang pengacara pun datang dan membagi dua harta warisan bapak itu kepada kedua anaknya itu. Satu bagian untuk Si Sulung dan satu bagian lagi untuk si Bungsu.

Setelah sepuluh tahun kemudian ada perbedaan nasib diantara keduanya itu.

Si sulung menjadi seorang yang sukses luar biasa dan mempunyai “passive income” atau hasil dari investasi dari usaha-usaha yang telah dikerjakannya selama kurun waktu sepuluh tahun itu. Hal yang terbalik dialami si bungsu, dia mengalami sebuah kebangkrutan total.

Mengapa begitu?

Karena butuh “kebijakan” untuk mengartikan pesan orang tuanya.


Si bungsu mempunyai respon yang salah tentang warisan yang telah diperolehnya. Dia mempraktekkan pesan pertama ayahnya dengan cara yang sempit. Dia melakukan bagian usaha yang diwariskan ayahnya dengan cara memberikan pinjaman tanpa meminta kembali pinjaman beserta bunganya.

Demikian juga dengan pesan kedua, dia diam dirumah saja dan mendelegasikan usahanya kepada orang lain tanpa mengendalikan hasilnya sehingga dari hari ke sehari uang warisan ayahnya semakin lama semakin menipis.

Akhirnya dia menjadi bangkrut total.

Si sulung berhasil karena dia mampu memanfaatkan warisan yang diberikan oleh ayahnya. Ada sebuah amanah disana untuk meneruskan usaha ayahnya.

Yang dilakukan oleh si Sulung pada pesan yang pertama ayahnya adalah dia tidak meminjamkan uangnya kepada orang lain. Sistim usahanya adalah “Cash and carry” (ada uang, ada barang) sehingga dia dapat mengatur aliran keuangan usahanya dengan baik.

Sedangkan untuk pesan yang kedua, dia benar-benar mematuhi perintah ayahnya dengan cara bangun sekitar jam 5 pagi yaitu sebelum matahari terbit dia sudah sampai di tempat usahanya dan pulang paling cepat jam 6 petang setelah matahari terbit sehingga diwaktu pagi dia punya waktu untuk melakukan persiapan untuk usahanya hari itu dan di waktu sore dia mempunyai waktu untuk mengevaluasi hasil kinerjanya setiap hari.

Itu kunci keberhasilan si Sulung, sangat masuk akal bukan?

Jadi, sebagai pribadi Champion kita pun harus belajar bagaimana mengelola respon supaya kita tidak bertindak keliru memaknai sebuah peristiwa. Intinya, yakinlah segala sesuatu itu mendatangkan kebaikan bagi diri kita. Gunakan kebijakan kita untuk memilih respon yang sesuai dengan hasil yang kita inginkan. Berpikir sejenak, memilih respon yang benar, maka percayalah hasilnya tidak akan pernah mengecewakan dibandingkan bila anda secara sempit atau membabi buta melakukan tindakan saja tanpa disertai dengan sebuah perencanaan yang matang.

Salam Champion
Surya Rachmannuh