Saturday, September 12, 2009

6C. Membangun Kepercayaan diri orang lain

Saya mempunyai suatu pengalaman lagi dengan calon ”Field Force” saya ketika dia mendapat 3 merah, sedangkan syarat kelulusan program training satu bulan kami mensyaratkan bahwa bila seseorang telah mencapai jumlah 5 merah, maka mereka kami berikan ”jalan pulang” dengan terhormat ke rumahnya, bukan ke area penempatan kerjanya.

Saya katakan kepadanya untuk memperbaiki diri, saya menyebut beberapa nama yang berpengalaman atau yang mendapatkan nilai yang baik, bahkan saya menghubungi ketua kelasnya secara diam-diam untuk memperhatikan dan membantu dia supaya dia berhasil melewati ”batu besar’ nya.

Ternyata dia gagal.

Tidak mudah bagi saya melepas dia. Saya memberikan nama kontak saya. Dan mengatakan dia hampir selesai, 85 % selesai. Dia jatuh pada 2 mata pelajaran terakhir dan saya katakan dia masih mempunyai kesempatan untuk mencoba lagi.

Pada semester berikutnya, ketika program pelatihan sudah berjalan dia baru menghubungi saya, dia sudah bekerja namun saya katakan silakan melamar kembali untuk semester berikutnya dan saya membantu mengurus administrasinya ke bagian recruitment.

Semester berikutnya, dia berhasil masuk dan lulus. Profil dia sering saya angkat topiknya untuk memotivasi dan dia tersenyum saja pada saat dikelas. Memang saya tidak menyebut namanya atas permintaannya dan seluruh kelas juga tidak tahu karena dia waktu itu belum siap mental untuk menghadapi hal itu. Bagi saya nggak apa-apa, saat itu ”hanya dia dan saya” yang tahu.


Ada cerita lain dimana, dimana saya berperan sebagai ”executor” langsung, tanpa melewati proses akibat kesibukan saya memberikan pelatihan ”Service Excellence” ke seluruh rumah sakit yang ada di Indonesia. Dan lewat sebuah ”Exit Interview” sempat juga ada seorang ”Field Force” laki-laki yang dengan bahasa tubuh yang meminta agar saya membatalkan niat saya supaya dia tidak dipulangkan......

Dia pun bercerita bahwa dia itu dulu sudah bekerja dan mengadu nasib di tempat saya bekerja. Dia sudah beristri dan punya dua anak dan sangat termotivasi oleh sesi Pelatihan saya pada saat awal program pelatihan ”Field Force” tiga minggu yang lalu.
Namun sejak sesi pelatihan saya itu, hari demi hari motivasinya menurun dan dia mendapat nilai merah sampai lima dan harus ”pulang kampung” tanpa mendapat kemenangan, dia tidak diterima bekerja di tempat kami.

Hati saya terharu mendengar penjelasannya. Ingin membantu namun sudah terlambat, keputusan sudah diambil saya hanya menjalankan prosedurnya.

Akhirnya, dengan berat hari saya memotivasi dia untuk terakhir kalinya mengapa dia tidak menggunakan alasan bahwa dia sudah menikah dan mempunyai dua anak lagi, sebagai motivasi dia menuju sukses, sukses melewati masa pelajaran maksudnya.

Coba dulu dia membayangkan sakitnya atau ”pain” bila gagal melewati program pelatihan. Tidak berpenghasilan dan anak-anak harus dibiayai dan disekolahkan, maka seharusnya dia lebih giat belajar dan berusaha dibandingkan dengan calon ”fresh graduate” yang kebanyakan masih lajang.

Hampir di setiap sesi pelatihan motivasi, saya selalu menekankan bahwa para peserta harus menjalin ”hubungan persaudaraan”, saling membantu dan saling mendoakan.

Hanya ada dua hal yang membuat anda ”pulang kampung” yaitu ketika anda melanggar integritas dengan cara menyontek, dan bila ada mencapai lima angka merah.

Karena apabila sudah tiba saatnya seperti sekarang ini, walaupun belas kasihan ada pada hati nurani saya, namun karena peran saya sebagai ”executor” harus dilaksanakan. Dan itulah yang terjadi. Dia ”pulang kampung” ke rumahnya dengan selamat, namun dengan hasil yang mengecewakan, bukan hasil yang diinginkan (outcome).

Sebagai kata motivasi terakhir, kembali saya memberikan dia sebuah pengharapan bahwa kegagalan ini hendaknya dimaknai secara dewasa, sebagai sebuah ”pelajaran” kehidupan yang tidak pernah diajarkan di bangku sekolah manapun.

Sekali lagi, anda tidak akan pernah menjadi orang gagal, sepanjang anda dapat mengambil makna dari sebuah peristiwa keberhasilan atau kegagalan, bahkan kebanyakan orang belajar banyak dari kegagalan.

People learn much from their mistakes.

Salam Champion
Surya Rachmannuh