Saturday, September 12, 2009

2C. Panggilan hidup

Saya merasakan tidak mudah untuk mendapatkan sebuah profesi yang menjadi panggilan hidup. Terasa ada yang kurang dalam hidup ini bila belum memberikan kontribusi positif bagi orang lain, keluarga, masyarakat dan Indonesia.

Hidup ini hanya sekali, dan saya ingin memberikan warisan bagi dunia ini. Yang positif tentu saja.

Oleh karena itu saya memberikan sebuah dorongan bagi anda. Anda dapat mencari sebuah kegiatan apa yang paling anda sukai sehingga anda bisa fokus, ada kebahagiaan, sebuah semangat berkobar yang kuat bahkan terkadang kita tidak begitu memperhatikan berapa besar keuntungan dalam bentuk keuangan dan kesuksesan yang dapat kita peroleh lewat profesi itu.

Kerjakan apa yang anda cintai, dan cintailah apa yang sudah anda kerjakan.

Bila anda menemukan sendiri hasrat hidup anda kembali, saya percaya bahwa bila kita memampukan diri kita lebih dulu maka rejeki akan ikut dengan sendirinya.

Sekarang, bagaimana dengan saya sendiri mengenai sebuah panggilan hidup? Sebagai motivasi tertinggi yang berasal dalam diri seseorang?

Eureka, saya menemukannya.

Panggilan dalam hidup saya sekarang sudah lengkap menjadi seorang penulis, pelatih dan pembicara.

Bagi saya, saya menemukan sebuah profesi sebagai penulis, pelatih dan pembicara adalah sebuah kebahagiaan hidup saya. Dan ada sebuah hal yang sangat penting didalam menjalani profesi saya yaitu REPUTASI, sebuah nama baik yang akan dikenang sepanjang masa.

Anda jangan kaget. Saya terinspirasi menjadi penulis ketika membaca penawaran sekolah penulis pembelajar yang kira-kira berbunyi seperti ini :

“… menulis adalah sebuah warisan yang termulia dalam hidup ini.”

Bahkan dalam gathering tanggal 28 Agustus 2009, dimana saya bahkan belum memulai sama sekali penulisan buku ini, Bapak Jansen H. Sinamo memberikan kesaksian bahwa di dalam pengalaman hidupnya bahwa Bangunan Mesir yang ribuan tahun berdiri saja kalah dengan sebuah warisan “10 Perintah ALLAH” yang diterima oleh Nabi Musa.

Pernyataan ini sangat mengena dalam sekali sehingga menimbulkan motif yang sangat kuat bagi saya.

Menulis tidak hanya sebagai sebuah “dosa” besar, begitu sebutannya bagi kami para alumni Writer Schoolen yang belum menulis buku. Menulis adalah suatu hal yang saya rindukan sekian lama namun tidak tahu bagaimana caranya.

Menulis juga menjadi sebuah sebuah profesi baru setelah menjadi Pelatih dan Pembicara. Jadi tidak lengkap rasanya kalau belum menulis sebuah buku.

Menjadi seorang penulis, pelatih dan pembicara adalah sebuah panggilan hidup. Sebuah nilai luhur dalam diri kita, dimana kita mempunyai amanah dan tanggung jawab pribadi dan profesi kita yang bila kita jalankan, kita mendapatkan sebuah kepuasan batin akan sebuah jawaban hidup kita.

Bila ada pepatah berkata :

Harimau mati meninggalkan belang,
Gajah mati meninggalkan gading,
Manusia mati meninggalkan nama.



Nama yang baik tentunya.

Salam Champion
Surya Rachmannuh