Saturday, September 12, 2009

4B. Merangkul kegagalan menjadi Sahabat

Tak ada gading yang tak retak. Mungkin kalau ada teliti daftar diatas, ada dua hal yang sebenarnya bukan sebuah pencapaian prestasi yang sebenarnya yaitu nomor 10 dan nomor 15.

Ketika terjadi kebakaran dirumah saya di daerah Tubagus Angke, Jakarta Barat. Tepatnya di Jalan Terate Gang 3, No. 17 E pada bulan Januari 2001, saya waktu itu hanya dapat berjalan perlahan-lahan menuruni anak tangga loteng rumah saya yang terbuat dari kayu.

Api membakar lewat genting rumah. Hanya setengah jam saja maka seluruh harta benda termasuk ijazah lenyap tandas. Yang tersisa dari aset saya hanyalah sebuah kaos dan sarung yang melekat.

Langitku rumahku.

Saya mencoba untuk meminjam uang kepada perusahaan namum gagal karena tidak ada kebijakan untuk hal itu padahal beban hidup saya sudah berat karena saya kuliah dan berkerja sebagai pilihan hidup. 40% gaji saya untuk tranport Jakarta – Cikarang – Cikarang naik bis dan itu tidak membuat saya menjadi patah semangat, sebaliknya saya mencari jalan keluar untuk mencari pekerjaan secepatnya.

Untuk yang nomor 15, pada tanggal 24 Agustus 2001 saya secara mendadak dipanggil dan disuruh mengundurkan diri ala Singapore. Minggu depan harus mengundurkan diri dari sana satu minggu kemudian bertepatan pada hari ulang tahun saya yang bersejarah, 31 Agustus 2001. Baru enam bulan menikah lagi, saya tidak protes walaupun dalam hati hancur. Saya pun pernah merasakan dampak krisis ekonomi di tahun 1998 juga.

I will do my crying in the rain.

Untung saja tidak jadi ”stress” apalagi sakit jiwa, ih serem. Ada teman saya yang menempuh jalur hukum dan dapat kesepakatan apa yang dia inginkan.Namun saya tidak mau menggunakan cara ini. Saya adalah orang yang mempunyai kehormatan diri, dan saya harus patuh walaupun saya menjadi pengangguran tak kentara untuk hampir satu tahun karena seluruh fasilitas lenyap. Gaji, mobil, pokoknya semuanya, kepepet habis deh tapi tetap tidak nekad. Karena keadaan perusahaan waktu sedang ada Merger dimana teman saya yang akhirnya mengambil alih seluruh tugas saya.



Dan lewat penulisan ini saya juga sudah melupakan semua hal yang terjadi saat itu.

Forgive and Forget.

Karena tujuan saya menceritakan ini adalah mengenai perjuangan dan fokus saya untuk tetap teguh memegang prinsip sukses pribadi, karena apapun yang terjadi pada anda, kehormatan andalah yang utama. Nama baik adalah segala-galanya, sedangkan rejeki dapat kita minta, percaya dan lakukan dengan itikad yang baik maka kita akan menerima sesuai dengan usaha yang kita lakukan sesuai dengan prinsip ”Tabur Tuai”.

Jadi orang yang berpribadi Champion bukannya tidak pernah mengalami kegagalan, para Champion memandang kegagalan sebagai sebuah proses menuju kesuksesan yang sesungguhnya.