Tuesday, December 29, 2009

Managing People

Seperti pada artikel-artikel yang telah saya pernah bahas sebelumnya tentang bagaimana cara kita “Memilah persoalan” dan “Menentukan Prioritas”, maka sepertinya tidak lengkap bila saya tidak menambahkan sebuah ketrampilan mengelola orang dalam arti melakukan pendekatan untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan atau Outcome.

Kebanyakan dari para pemimpin kurang memaksimalkan potensi di dalam dirinya di dalam hal mengelola orang atau “Managing People” disebabkan oleh sikap “perfectionist” dalam diri pemimpin sehingga ingin melakukan segala sesuatunya menurut kerangka kerja pemimpin bukan kerangka kerja para anggota tim.

Peran pemimpin yang seharusnya lebih banyak pada perencanaan, pengawasan dan monitoring serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan yang perlu, beralih menjadi “Super Employee”, dimana pekerjaan anak buah yang seharusnya dapat dilakukannya sendiri dalam rangka pengembangan diri dan organisasi yang sepatutnya didelegasikan, malah dikerjakannya sendiri. Memang hasilnya terbukti lebih optimal dibandingkan dengan hasil yang dilakukan oleh anak buah, namun untuk jangka panjang, sikapnya akan merugikan tim karena pemimpin akan menjadi seorang “Superman”, “Single Player”, segala keputusan berpusat pada pemimpin dan pada saat ketiadaan pemimpin, sangat mempengaruhi kinerja tim secara keseluruhan.

Seorang pemimpin yang dewasa adalah seorang pemimpin yang mampu menerima kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan memanfaatkan kekuatan anggota tim untuk mencapai hasil yang diinginkan. Misalnya, seorang pemimpin yang cenderung Introvert dan lebih banyak pada level perencanaan, dapat mendelegasikan tugas-tugas yang membutuhkan pendekatan orang kepada anggota tim yang memang lebih Extravert. Secara garis besar, orang-orang Intravert mempunyai sumber energi dalam kesendirian di dalam menjalani kehidupan sedangkan orang-orang Extraver justru sebaliknya mendapatkan energi ketika berinteraksi dengan orang lain.

Kembali kepada beberapa contoh pokok bahasan yang pernah dibahas dalam artikel sebelumnya, maka ketrampilan anda dalam mengelola orang dapat diselesaikan dengan cara sebagai berikut :

1. Kasus Keluhan Pelanggan

Keluhan pelanggan adalah sebuah masalah karena ada penyimpangan dari standar, sangat serius berpengaruh karena merupakan pelanggan potential, sangat penting karena ini menyangkut reputasi atau nama baik serta harus ditangani secepatnya supaya berita buruk ini tidak tersebar kepada pelanggan lain yang dapat merusak citra perusahaan dan berpengaruh juga pada kemungkinan penurunan angka penjualan nantinya.

Oleh karena itu rencana tindakan yang harus dilakukan adalah Bagian Sales dan Marketing harus dapat menangani keluhan pelanggan dengan prosedur dan bila perlu memberikan pengganti atas produk yang dikeluhkan dan dapat berinovasi memberikan sebuah kompensasi sesuai dengan kebijakan Sales dan Marketing. Tidak berhenti sampai disini, Bagian Sales dan Marketing melanjutkan surat komplain tersebut ke bagian Quality Assurance agar dapat ditindaklanjuti. Bagian Quality Assurance akan menindak lanjuti komplain tersebut sampai selesai.

Jadi peran seorang pemimpin dalam kasus ini adalah memastikan bahwa keluhan pelanggan untuk sementara waktu telah ditangani dengan baik oleh bagian Sales Marketing, bagian Quality Assurance memberikan tanggapan dan penyelesaian dalam tenggat waktu yang proposional. Para pemimpin perlu mendapatkan gambaran besar atau skema penyelesaian kasus keluhan pelanggan saja, tidak perlu terlalu detail mengetahui bagaimana keseluruhan proses penanganan pelanggan.

2. Memilih Media Promosi untuk produk baru

Memilih Media Promosi untuk produk adalah sebuah keputusan. Kita dihadapi oleh pilihan-pilihan apakah media promosi sekarang ini sudah berjalan sebagaimana mestinya, apakah memakai media internet, dan sebagainya. Kuncinya adalah pemilihan media promosi ini tidak melebihi budget yang telah disepakati sebelumnya.

Peran pemimpin dalam kasus ini dapat dikatakan lebih mudah karena anda dapat menunjuk seorang Product Manager mana yang terkait atas peluncuran produk baru tersebut dan meminta dia sebagai pemimpin proyek, dan berikan dia kebebasan untuk menentukan anggota tim yang terlibat, apakah bagian Riset, Pembelian dan bagian terkait lainnya. Pemimpin hanya menentukan batasannya saja seperti Budget Maksimal Sekian Rupiah, Harus sudah dilaunching 6 bulan dari sekarang dengan hasil penjualan sekian rupiah, dengan demikian paling tidak kita dapat memperkirakan seberapa efektif hasil yang dapat kita capai dengan sumber daya yang telah kita habiskan untuk promosi produk baru ini.

3. Mengantisipasi peningkatan penjualan dari produk pesaing

Mengantisipasi peningkatan penjualan dari produk pesaing adalah sebuah potensi masalah. Jadi, akan menjadi masalah bila hal yang kita perkirakan terjadi. Sebagai contoh, anda menguasai 20% dari pangsa pasar seluruh industri anda dan anda adalah yang terbesar. Seorang pesaing anda mengeluarkan produk baru yang ingin mengurangi share anda, namun itu bukan produk andalan anda, produk sekunder anda saja. Sesudah anda menilai situasi semacam ini maka anda dapat menunggu dulu (wait and see) apa reaksi pasar terhadap produk yang menurut anda sekunder anda.

Namun bila yang terjadi adalah pesaing anda menyerang produk utama anda dengan varian rasa yang beragam, sudah pasti anda harus mengantisipasi tindakan tersebut. Ada beberapa contoh yang dapat kita pakai seperti perang 20 tahun antara Coke dan Pepsi yang dapat kita ambil pelajarannya namun tidak dapat dijelaskan secara rinci dalam topic kita hari ini.


Kembali ke pokok bahasan kita, peran anda sebagai pemimpin adalah memastikan apakah Product Manager kita yang terkait dapat menilai situasi dengan baik. Saya dapat memberikan sebuah saran sebagai berikut, sangat tidak disarankan anda melakukan head to head promotion, dalam arti ketika pesaing sedang melakukan promosi di kota A, maka anda melakukan hal yang sama, karena bisa jadi anda tidak mempunyai kreatifitas sama sekali apalagi tidak mempunyai rencana strategi. Saran saya, fokus lah pada hal yang sudah anda rencanakan sebelumnya lewat survey potensi pasar, pelanggan dan masih banyak hal lainnya, jadi anda tidak sekedar ikut-ikutan. Bisa jadi strategi anda bisa sama dikota-kota besar, bagaimana dengan kota-kota kecil pasti berbeda. Kalaupun anda mempunyai strategi yang sama, berikan jedah waktu, jangan melakukan promosi dalam waktu yang berdekatan, sebaliknya anda dapat mempelajari strategi pesaing dan dapat melakukan promosi dalam 3 bulan ke depan dengan lebih baik dan terstruktur.

Harapan saya anda mendapatkan “insight’ dari pembahasan saya dan nantikan pembahasan-pembahasan saya dapat artikel-artikel berikutnya.

Happy Leadership,

Surya Rachmannuh

Surya Rachmannuh, penulis kolom tetap di www.pembelajar.com ini adalah praktisi training dalam bidang pelayanan prima, personal effectiveness, problem solving and decision making, pelatihan Leadership dan Management lainnya. Certified Lead Auditor dan Webmaster ini dapat dihubungi di Hp : 0819 3210 5388 atau www.webiddesign.com, surya.rachmannuh@yahoo.co.id, suryarachmannuh.blogspot.com

Monday, December 28, 2009

Menentukan Prioritas

Setelah anda mampu memilah persoalan, maka langkah berikutnya adalah kemampuan anda menentukan prioritas atas persoalan-persoalan.

Contoh perosalan :

1. Pelanggan Potential “A” yang mengeluh tentang pelayanan pelanggan
2. Memilih media promosi yang tepat untuk produk baru “XYZ”
3. Mengantisipasi perkembangan produk “KLM” dari pesaing

Ada beberapa poin penilaian dari persoalan yang dapat kita lakukan untuk menentukan urutan prioritas dari persoalan dengan ketiga hal yaitu faktor

• Keseriusan
• Kepentingan
• Pertumbuhan

Masing-masing kategori diberikan penilaian Tinggi (T), Sedang (S) atau rendah (R)

Mari kita nilai satu per satu contoh persoalan diatas :

1. Pelanggan Potential “A” yang mengeluh tentang pelayanan pelanggan

Tingkat Keseriusannya : Tinggi (karena pelanggan potential), Kepentingannya : Tinggi (karena menyangkut masalah reputasi), Pertumbuhannya : Tinggi (Memberikan tanggapan yang secepatnya). Skor : TTT.

2. Memilih media promosi yang tepat untuk produk baru “XYZ”

Tingkat keseriusannya : Tinggi (menyoal keberhasilan produk baru supaya diterima di pasar), tingkat kepentingannya : Sedang (karena bukan sebuah produk unggulan), pertumbuhannya : Tinggi (harus tepat waktu, semakin cepat, semakin baik). Skor : TST.

3. Mengantisipasi perkembangan produk “KLM” dari pesaing

Tingkat keseriusannya : Rendah (tidak disebutkan produk unggulan), tingkat kepentingannya : Tinggi (harus dilaunching), pertumbuhannya : tinggi (harus tepat waktu). Skor : RTT.

Sekarang kita dapat menentukan urutan prioritas dari ketiga hal tersebut. Urutan prioritas untuk hal ini sesuai dengan angkanya yaitu pertama adalah keluhan pelanggan karena tingkat keseriusannya tinggi, kepentingannya tinggi dan pertumbuhannya tinggi, jadi seharusnya diselesaikan terlebih dahulu, kemudian pemilihan media promosi dapat dilakukan setelah keluhan pelanggan diselesaikan dan terakhir adalah antisipasi perkembangan produk “KLM” dari pesaing.

Penetapan prioritas adalah sebuah usaha menilai tingkat keseriusan, kepentingan dan pertumbuhan yang dapat berbeda penilaiannya antara suatu situasi dengan situasi berikutnya.

Mari kita mengambil contoh dalam kasus sakit jantung bawaan, situasinya adalah Keseriusannya tinggi, kepentingannya tinggi, pertumbuhannya rendah pada saat pasien sedang dalam keadaan sehat, namun situasi ini akan berubah ketika di dalam melakukan sebuah kegiatan atau aktivitas tertentu, pasien mengeluh akan tekanan jantungnya karena faktor pertumbuhan yang rendah mendadak menjadi tinggi akibat adanya aktivitas yang berlebihan yang memicu sakit jantung pasien tersebut.

Dalam contoh kasus seseorang tertusuk pisau, maka tingkat keseriusannya tinggi karena dapat mengancam nyawa, kepentingannya tinggi dan pertumbuhannya tergantung dari berapa dalam dan berapa lebar luka tersebut. Bila dia terluka akibat perkelahian atau penodongan, pertumbuhan itu menjadi tinggi karena tidak ada seorang pun yang menolong dan apabila dia mampu bangkit dan pergi ke rumah sakit terdekatpun bisa menghadapi resiko kekurangan darah.

Jadi penilaian situasi disini sangat penting untuk menetapkan langkah selanjutnya, baik didalam melakukan analisa, menentukan tindakan perbaikan dan pencegahan yang diperlukan. Diperlukan sebuah kesepakatan atau komitmen bersama antara masing-masing anggota tim dengan keputusan akhir di tangan pemimpin.

Bagaimana dengan keadaan anda hari ini. Apakah anda sudah menentukan prioritas anda dengan benar hari ini?

Happy Leadership,

Surya Rachmannuh

Surya Rachmannuh, penulis kolom tetap di www.pembelajar.com ini adalah praktisi training dalam bidang pelayanan prima, personal effectiveness, problem solving and decision making, pelatihan Leadership dan Management lainnya. Certified Lead Auditor dan Webmaster ini dapat dihubungi di Hp : 0819 3210 5388 atau www.webiddesign.com, surya.rachmannuh@yahoo.co.id, suryarachmannuh.blogspot.com

Wednesday, December 23, 2009

Memilah Persoalan

Banyak diantara kita terbelit persoalan dalam hidup dan yang paling menarik adalah kesalahan di dalam memilah personal yang dihadapi.

Persoalan adalah bagian dari kehidupan kita yang tidak terpisahkan, sebagai contoh dalam pekerjaan kita adalah persoalan di dalam menangani keluhan pelanggan, memutuskan media promosi untuk produk kita, antisipasi produk pesaing dan banyak soal lainnya. Yang pasti adalah setiap soal pasti ada jawabannya.

Dari ketiga contoh diatas, maka persoalan itu dapat dibagi menjadi masalah yaitu dalam hal menangani keluhan pelanggan, persoalan dapat berupa sebuah keputusan dalam hal menentukan media promosi dan berupa sebuah pencegahan dalam soal mengantisipasi produk pesaing.

Nah, mungkin anda bertanya-tanya dalam hati, apakah ketiga contoh diatas sudah memang saya persiapkan sebelumnya ataukan ada metode atau cara memilah perosalan yang dapat dipraktekkan dengan mudah bagi semua orang? Jawabannya adalah YA dan berikut ini adalah penjelasannya.

Memilah persoalan ini sering saya praktekkan dan ajarkan dalam sesi Pelatihan Problem Solving and Decision Making yang terdiri dari 5 pertanyaan yang sebaiknya anda hafalkan sebagai berikut :

1. Apakah ada penyimpangan dari standar?
2. Apakah sebab penyimpangan tidak diketahui / masih misteri?
3. Apakah anda perlu tahu sebab penyimpangan itu?

Jika jawaban dari ketiga pertanyaan itu adalah Ya, ya, ya. Maka dapat dipastikan soal itu adalah berupa sebuah masalah sehingga wajib untuk dicari sebabnya, melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan agar hal itu tidak terulang kembali di masa yang akan datang.

Jika jawaban salah satu dari ketiga pertanyaan diatas adalah tidak maka anda dapat melanjutkannya ke pertanyaan keempat berikut ini.

4. Apakah anda dihadapi oleh pilihan-pilihan?

Jika jawaban diatas adalah YA, maka anda sedang dihadapi dalam hal pengambilan keputusan sehingga hal tersebut dapat didiskusikan, menentukan kriteria, memperkirakan resiko yang terukur dan tindakan pengaman atas keputusan yang sudah kita ambil tersebut.

Jika jawaban atas pertanyaan keempat adalah tidak, maka anda mau atau mau dihadapi oleh sebuah antisipasi atas sebuah potensi masalah lewat pertanyaan kelima berikut ini.

5. Apakah anda mempunyai tindakan antisipasi untuk mengatasi hal itu?

Jawabannya pasti ya, karena muara dari segala persoalan di dunia ini adalah berupa tindakan antisipasi.

Sekarang mari kita coba praktekkan ketiga persoalan kita yang berupa menangani keluhan pelanggan, memilih media promosi dan antisipasi produk pesaing dengan kelima pertanyaan diatas.

Kasus 1 : Keluhan pelanggan

1. Apakah ada penyimpangan dari standar? Ya, ada pelanggan yang mengeluh
2. Apakah sebab penyimpangannya tidak diketahui / misteri? Ya, belum tahu
3. Apakah anda perlu tahu sebab penyimpangannya? Ya, ini pelanggan saya

Maka persoalan ini adalah berupa sebuah MASALAH.

Kasus 2 : Memilih media promosi

1. Apakah ada penyimpangan dari standar? Tidak, baru melakukan pemilihan
(langung loncat ke pertanyaan ke-4)
4. Apakah anda dihadapi oleh pilihan-pilihan? Ya, apakah media tv, radio, majalah, Koran dan sebagainya

Maka persoalan ini adalah berupa sebuah KEPUTUSAN.

Kasus 3 : Mengantisipasi produk pesaing

1. Apakah ada penyimpangan dari standar? Tidak
(langung loncat ke pertanyaan ke-4)
4. Apakah anda dihadapi oleh pilihan-pilihan? Tidak, ini urusannya pesaing.
5. Apakah anda mempunyai tindakan pencegahan atau antisipasi? Ya

Maka persoalan ini adalah berupa sebuah ANTISIPASI.

Jadi setiap persoalan kita akan bermuara pada antisipasi atau tindakan pencegahan dan perlu bagi kita untuk mengalokasikan sumber daya kita yang terbatas supaya kita benar-benar dapat menentukan prioritas di dalam kehidupan ini. Sesuai dengan hukum Pareto, fokuslah pada 20% hal-hal penting kita maka akan menghasilkan 80% hasil dibandingkan daripada anda sibuk pada hal-hal yang tidak karuan namun sesungguhnya anda hanya menghabiskan waktu anda yang berharga sebanyak 80% namun sesungguhnya anda hanya menghasilkan 20% saja. Kalau yang ini masalah ini terpulang kembali bagaimana anda menentukan tujuan dan prioritas hidup anda.

Happy Leadership,

Surya Rachmannuh

Surya Rachmannuh, penulis kolom tetap di www.pembelajar.com ini adalah praktisi training dalam bidang pelayanan prima, personal effectiveness, problem solving and decision making, pelatihan Leadership dan Management lainnya. Certified Lead Auditor dan Webmaster ini dapat dihubungi di Hp : 0819 3210 5388 atau www.webiddesign.com, surya.rachmannuh@yahoo.co.id, suryarachmannuh.blogspot.com

Wednesday, December 02, 2009

Fokus pada yang terbaik

Musuh terutama dari sikap yang baik adalah sikap TERBAIK kita.

Hal ini mudah dikatakan namun tidak mudah untuk dilakukan. Sayapun berjuang untuk melakukan hal ini memilih untuk hidup yang memberikan warisan terbaik di dunia ini atau menjadi biasa-biasa saja. Motivasi tertinggi antara Leave with Legacy dengan motivasi terendah What's In it for me atau apa untungnya bagi saya jika saya melakukan yang terbaik.

Ini adalah merupakan perjuangan batin yang sangat dahsyat dan sering kita alami di dalam kehidupan kita. Pertentangan antara satu nilai dengan nilai yang lain. Oleh karena itu, benarlah apa yang dikatakan oleh Stephen R. Covey dalam buku "7 Kebiasaan manusia yang sangat efektif" bahwa paradigma yang berpegang pada prinsip yang utama, nilai yang diprioritaskan dan tercermin dalam sikap dan tingkah laku kita sehari-hari. Sebagai contoh, prinsip Tabur Tuai berlaku dalam setiap aspek kehidupan kita. Bila kita menabur benih terbaik dalam tingkah laku kita sehari-hari maka kita akan mendapatkan hasil yang terbaik pula, terutama dalam hubungan kita dengan orang lain baik didalam keluarga atau dunia kerja.

Didalam masalah keuangan pun demikian adanya. Saya memberikan contoh yang saya praktekkan, saya termasuk orang yang moderat, cenderung konvensional malah dalam arti prioritas utama adalah ketersediaan uang bulanan, tabungan dan investasi, baru kesenangan lainnya. Jadi boleh dikatakan saya terbebas dari hutang akibat dari paradigma yang mengacu pada prinsip, nilai yang diprioritaskan dan berkembang menjadi kebiasaan atau perilaku permanen (karakter).

Dalam dunia kerja, seperti di dalam pelatihan "Pelayanan Prima" yang sering bawakan di rumah sakit di seluruh Indonesia, saya selalu menekankan pentingnya prinsip Melayani dengan hati, diikuti dengan prioritas nilai keselamatan pasien, perilaku-perilaku pelayanan prima dan terakhir adalah keuntungan atau profit supaya hal ini jelas bagi pelaksana untuk dapat melakukan hal yang terbaik, setiap saat, setiap waktu.

Bayangkan bila ada seorang perawat atau petugas yang sedang mempraktekkan perilaku pelayanan prima dengan seorang pelanggan dan tiba-tiba terdengan bunyi sirine ambulan, tanda adanya sebuah panggilan darurat untuk seorang petugas di Instalasi Gawat Darurat namun petugas lain tidak segera membantu karena sedang terlibat percakapan atau pekerjaan lainnya tanpa menilai situasinya terlebih dahulu, maka bila terjadi hilangnya nyawa seseorang akibat kelalaian petugas, maka ini benar-benar sebuah pelanggaran nilai, baik secara individu maupun secara organisasi.

Itulah mengapa prioritas utama adalah keselamatan pasien dulu, perilaku-perilaku pelayanan prima kemudian dan keuntungan yang terakhir, bila melakukan hal yang sebaliknya atau tertukar, maka kita dapat menanggung konsekuensi dari hal-hal yang tidak dapat kita inginkan dan dapat kita cegah sebenarnya. Hati nurani sebagai kompasnya.

Oleh karena itu, saya sangat berharap kita semua dapat merefleksikan kembali dalam hidup, apakah kita sudah mempunyai prinsip-prinsip kehidupan yang selaras dengan hukum alam, mempunyai prioritas yang benar atas nilai-nilai pribadi anda dan organisasi? Bila anda sudah mampun menjawab kedua pertanyaan itu, saya mengucapkan selamat dan tinggallah pada keputusan akhir yang juga menjadi penutup dari artikel ini adalah apakah anda mau melakukan segala hal dengan usaha terbaik anda sebenarnya atau sekedarnya saja sebagai hasil dari pembatasan diri anda tentang kompensasi atau keuntungan yang akan anda terima, jawabannya 101 persen ada ditangan anda.

Happy Leadership

Surya Rachmannuh, penulis kolom tetap di www.pembelajar.com ini adalah praktisi training dalam bidang pelayanan prima, personal effectiveness, problem solving and decision making, pelatihan Leadership dan Management lainnya. Certified Lead Auditor dan Webmaster ini dapat dihubungi di Hp : 0819 3210 5388 atau www.webiddesign.com, surya.rachmannuh@yahoo.co.id, suryarachmannuh.blogspot.com

Friday, October 23, 2009

Pestanya langsung bubar

Sekumpulan pedagang rokok yang berjumlah 4 orang di mulut halte Kalideres sedang jongkok sambil asyik bersenda gurau dan tiba-tiba terdengar bunyi “Sreg, sreg. Sreg, sreg”, yang ternyata berasal dari sapuan seorang penyapu jalanan yang sedang bertugas lengkap dengan seragam baju, celana panjang dan topi yang berwarna oranye ditambah dengan penutup wajah berwarna putih sehingga hanya menyisakan matanya saja yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugasnya itu persis ditrotoar tempat mangkal ke empat pedagang rokok tadi.

Dalam sekejab, pesta obrolan pedagang rokok itu pun bubar total. Dua orang segera bergerak kearah sebelah kiri untuk kembali melakukan tugasnya sedangkan dua orang lainnya masih melanjutkan obrolannya itu. Uniknya, tidak ada satu orang pun yang tersinggung akibat ulah sang penyapu jalanan itu yang tanpa permisi tersebut, mungkin mereka menyadari bahwa memang itu sudah menjadi kewajiban sang penyapu jalanan sekaligus membubarkan kumpulan itu sekaligus menyadarkan mereka supaya kembali ke tugasnya masing-masing.

Peristiwa “Sang Penyapu Jalan” yang tetap fokus melakukan tugasnya tanpa permisi ini sangat baik menjadi refleksi bagi kita semuanya. Memang tidak salah apabila kita fokus pada pekerjaan dan alangkah baiknya apabila kita juga memperhatikan keadaan sekitar dan peduli akan perasaan orang lain di dalam melakukan tugas kita sehari-hari. Petugas itu dapat saja memberikan kata-kata peringatan dan dengan menggunakan isyarat lewat bahasa tubuhnya agar para pedagang rokok itu bisa mundur atau kembali ke tempat tugasnya masing-masing yaitu menjajakan dagangannya. Namun secara tidak sadar kita diperlihatkan pada sebuah sikap yang seakan berbicara, “Bubar, bubar, ayo bubar. Saya sedang kerja dan kok kalian juga masih asyik-asyiknya ngobrol sih.” Mungkin begitu kira-kira maksud hatinya lewat perbuatannya yang tanpa permisi tersebut.

Nah, insight untuk kita hari ini adalah apabila anda seorang atasan atau rekan kerja yang memang memerlukan sebuah area yang memang masih menjadi tugas dan tanggung jawab kita, maka sebaiknya kita dapat memintanya dengan sopan maksud dan tujuan kita yang mungkin bersinggungan dengan orang lain supaya orang dapat menghargai pula segala sikap dan tingkah laku kita di dalam kehidupan sehari-hari, bila seorang penyapu jalan dapat kita maklumi, apa jadinya kita sebagai profesional juga melakukan hal yang sama, pasti tidak akan disukai orang karena menunjukkan sikap yang egois dan kecenderungan arogan kepada orang lain.

Mungkin maksud dan tujuan kita sebenarnya baik yaitu untuk membubarkan kerumunan supaya mereka kembali bekerja. Walaupun anda adalah seorang atasan, saya pikir kita masih dapat melakukan yang terbaik seperti dengan melakukan pendekatan yang asertif dengan cara ikut dalam pembicaraan, siapa tahu lewat obrolan santai datang ide-ide kreatif dan inovatif di dalam mencapai tujuan anda bersama di kantor atau ditempat kerja anda. Jadi janganlah dulu bertindak yang diluar harapan orang walaupun dia adalah bawahan anda, suatu saat dia juga mempunyai potensi untuk menjabat sebagai seorang pimpinan seperti anda.

Dan untuk kita semua yang kita ambil hikmahnya dari kumpulan pedagang rokok itu, para pedagang itu seharusnya harus menyadari bahwa lewat kerja keras dan tujuan yang benarlah yang akan membawa mereka ke taraf kehidupan yang lebih baik apalagi bila dikaitkan dengan value atau nilai, bagi sebagian orang profesi pedagang rokok adalah sebuah hubungan yang Menang-Kalah dalam arti ketika para pedangan rokok itu mendapatkan keuntungan berupa uang, yang juga tidak seberapa itu pula, mereka seakan memberikan pelayanan kepada pelanggannya sebuah potensi untuk mengalami gangguan pada saluran napas seperti paru-paru, dan efek negative lainnya. Kita memang dituntut selalu melakukan introspeksi atas segala tindakan yang kita lakukan apakah membawa kita menjadi lebih benar dan baik ataukah hal yang sebaliknya.

Bila kita mengilustrasikan dari profesi seorang penyapu jalan, ada sebuah pernyataan bahwa apabila profesi kita seperti penyapu jalan itu, semangatnya adalah biarlah kita melakukan tugas pekerjaan kita itu dapat dipuji oleh seorang Malaikat yang mengatakan bahwa “Dialah seorang petugas penyapu jalan yang terbaik yang pernah ada di muka bumi ini.”

Bagaimanakan dengan kita? Apakah selalu memberikan yang terbaik pada setiap apa pun yang kita ingin atau dapat kita lakukan untuk memberikan hal yang lebih baik pada setiap orang? Saya yakin dan percaya lewat pikiran yang berkembang menjadi sebuah tindakan, tindakan yang berkembang menjadi sebuah kebiasaan dan kebiasaan baik yang menjadikan kita mempunyai karakter-karakter orang baik seperti jujur, layak di percaya, dan karakter baik lainnya lah yang akan mengubah nasib kita dan itu semuanya terangkum dan selaras dengan hukum alam yang ada di dunia ini.

Dan sebagai kata penutup, ingatlah pepatah atau hukum Tanam Tuai berikut ini yang berlaku untuk semua orang. Apa yang orang Tanam, itu juga yang akan dituainya nanti.

Salam Champion.

Surya D. Rachmannuh
Competency Based Trainer

Thursday, October 22, 2009

Rasa dalam kehidupan

Pernahkah kau merasa? Pernahkah kau merasa?

Ya, hampir kita semua pernah merasa. Rasa geram, jengkel akan sebuah situasi dan kondisi yang sering kita alami dalam kehidupan.

Kebanyakan dari kira terlalu merasakan akibat dari respon yang salah dalam menyikapi sesuatu hal terlebih lagi keinginan kita menyenangkan orang yang kita cintai namun tidak mendapatkan respon seperti apa yang kita inginkan.

Rasanya, uh. Ingin segera lepas dan pergi meninggalkan tanggung jawab saja, dan disinilah letak bahayanya. Bila kita tidak dapat mengambil alih suasana yang memang kita ciptakan sendiri, tentu saja akanm berakibat fatal bagi diri kita dan pencapaian tujuan kita.

Sinyal-sinyal tanda kekeruhan dalam hubungan antar manusia dapat kita temukan lewat ekspresi wajah. Sebagai contoh, saya mempunyai kewajiban untuk minum segelas teh rosela setiap pagi yang disajikan istri saya dan saya selalu memperhatikan bahasa tubuhnya lewat ekspresi wajah.

Bila dia menatap wajah saya dan memberikan senyuman, ini adalah sebuah sinyal yang baik dan hanya jika menjadi masalah bila dia memberikan segelah the rosela itu dengan memalingkan wajah dan mengarah ke sudut kanan bawah. Ini berarti ada persoalan dengan sebagian porsi besar terletak pada saya dan bukan pada orang lain atau lingkungan tempatnya bekerja.

Mengapa? Karena ketika saya pulang bekerja malam itu dia menyambut saya dengan senyum dan seketika berubah di pagi hari, ini mungkin ada perkataan dan sikap saya yang tidak cocok dengan kepribadiannya.

Jadi, kita dituntut peka dalam membaca rasa ini dan bagi orang yang selalu menggunakan sistematika berpikir otak kiri yang selalu mengikuti prosedur dengan sisi kreativitas otak kanan yang sangat kita butuhkan dalam melakukan empati terhadap masalah rasa ini yaitu rasa marah, sedih, jengkel, senang, takut, kuatir dan rasa-rasa dasar lainnya.

Untuk itu saya ingin menawarkan solusi kombinasi untuk masalah rasa ini yaitu kita gunakan logika berpikir kita yang sistematis itu hanya untuk memetakan dimana letak persoalan lewat lima pertanyaan sistematika berikut ini:

1. Apakah ada penyimpangan dari standar?
2. Apakah sebabnya masih misteri atau belum diketahui?
3. Apakah kita perlu cari tahu sebabnya?

Hanya jika jawaban dari ketiga hal tersebut diatas adalah ya, ya, ya.
Maka itulah yang baru disebut masalah. Jika salah satu dari ketiga jawaban itu "tidak", maka anda harus melanjutkan ke pertanyaan ke empat berikut ini?

4. Apakah anda punya pilihan-pilihan?

Bila jawabannya "ya", maka anda sedang menghadapi sebuah keputusan. Bila jawabannya "tidak", maka anda harus melanjutkan pertanyaan kelima yang merupakan saringan terakhir dalam proses sistematika berpikir berikut ini :

5. Apakah anda punya tindakan antisipasi atau rencana? Jawabannya ya.

Setiap persoalan akan berujung pada tindakan pencegahan atau rencana peningkatan hidup yang lebih baik.

Jadi, setelah anda menemukan persoalan baik itu berupa masalah, keputusan atau antisipasi barulah anda dapat memasang telinga anda sebagai jalan untuk mengaktifkan fungsi otak kanan anda karena ini sangat dibutuhkan dalam membangun jembatan kominikasi secara mental, bersikap empati untuk mendengarkan "rasa" ini.

Sebagai contoh, pernah istri saya menceritakan sebuah situasi di kantornya dan saya langsung saja mengomentarinya tanpa lewat proses diatas, kira-kira apa jawaban istri saya?

"Kamu itu sok tahu, saya hanya perlu di dengarkan saja kok" kata istri saya.

"Jeder, satu kosong." Kata saya dalam hati.

Bila kita memakai "screening" lima pertanyaan yang wajib anda hafalkan, maka soal itu adalah berupa antisipasi saja. Tidak butuh solusi. Dia hanya membutuhkan teman curhat atas situasi atau acara kantornya. Cukup dengan mendengarkan, memberikan anggukan, senyuman, sesekali katakan "oh ya", "mm", maka kita menciptakan hubungan yang harmonis.

Banyak hal selesai dengan cara mendengarkan. Ini tidak mudah. Mudah untuk berbicara dan butuh banyak latihan uintuk mendengarkan untuk menyelesaikan masalah "rasa" ini yang terjadi dalam kehidupan.

Salam Champion,

Surya rachmannuh
0819 3210 5388

Wednesday, October 21, 2009

Kita sepatutnya bersyukur

Melintas di pagi yang cerah di jembatan sebrang Halte kalideres hari ini, tanggal 21 Oktober 2009 saya melihat pemandangan yang tidak lazim setelah membayar ongkos kepada sopir angkot yaitu seorang ibu yang berusia sekitar 40-an sedang menggendong seorang bapak yang berusia lebih tua darinya, entah itu suami atau saudaranya, yang pasti bapak itu tidak mempunyai lengan bawah dan kaki bawah kedua-duanya, lengan yang dimilikinya hanya sebatas siku dan kaki yang dimilikinya hanya sebatas lutut saja.
Saya pun terhenyak untuk beberapa saat dan langsung tergerak ingin memberika sebuah bantuan kecil sekedarnya namun urung saya lakukan karena ibu yang sedang menggendong bapak itu berjalan dengan cepat sekali diiringi oleh wajah murung yang menyiratkan penderitaan mendalam yang tampak dari ekspresi wajahnya sehingga tidak memberikan saya banyak waktu untuk bertindak sesuai dengan keinginan saya.
Sambil berjalan ke depan, ekor mata saya tetap memperhatikan mereka berdua dengan perasaan yang “tidak enak”. Saya tahu pasti bahwa merekalah orang yang pantas dibantu dan itu jelas tergambar lewat wajahnya dan satu hal yang penting yang ingin saya utarakan lewat tulisan ini adalah saya diingatkan akan satu hal yaitu selayak dan sepantasnyalah kita bersyukur atas segala rahmat yang telah dikaruniakan TUHAN kepada kita.
Bukankah kita termasuk saya sering mengeluh ketika segala sesuatu hal terjadi tidak sesuai dengan keinginan kita? Saya sendiri sebagai seorang trainer dan motivator terkadang mengalami banyak hal dalam kehidupan ini yang sering keluhkan baik yang diucapkan ataupun yang saya simpan dalam hati dan hari ini saya belajar lewat peristiwa hari ini bahwa kita sudah sepatutnya bersyukur bahwa kita masih mempunyai anggota tubuh yang lengkap dibandingkan dengan bapak yang sebutkan dalam contoh di atas.
Bila saya ingin berbagi lebih dalam lagi kira-kira apa penyebab yang paling mungkin terjadi sehingga seseorang dapat memiliki cacat tanpa lengan dan kaki bawah kedua-duanya pada contoh diatas adalah :
Sebab pertama adalah dia merupakan seorang korban perang, namun apakah masih relevan dengan jaman kemerdekaan Indonesia seperti sekarang ini sehingga kita harus mencari kemungkinan lain.
Sebab kedua adalah akibat amputasi untuk mencegah penyebaran penyakit tertentu yang dapat mengancam jiwa, namun rasanya tidak masuk akal juga karena mengapa kedua-duanya dan termasuk tangan dan kaki juga.
Sebab ketiga adalah sebab paling mungkin yang masih juga berupa asumsi yang diperlukan kebenarannya adalah karena bapak itu sudah mengalami hal itu sejak dalam kandungan sehingga jelas terlihat ketiadaceriaan dalam wajah bapak itu yang susah saya gambarkan ekspresinya. Tahukah anda bahwa penciptaan terbesar dalam sejarah umat manusia adalah ketika dia sedang berada di dalam kandungan? Disitulah janin membutuhkan asupan gizi dan yang terkadang mengambil hal yang terbaik dari ibu. Sampai pada bagian ini juga masih ada lagi dua kemungkinan yaitu penolakan janin oleh ibu yang sering dilakukan para ibu muda jaman sekarang, namun menimbang pada usia bapak itu yang sekitar lebih dari 40 tahun maka sampailah kita pada kesimpulan akhir yaitu ketidaktahuan ibunda bapak itu akan asupan gizi yang dibutuhkan saat dalam kandungan sehingga bapak tersebut dilahirkan dengan keadaan seperti itu dan kemiskinan adalah sebagai akar penyebab utamanya.
Jadi, insight dari pelajaran kita hari ini adalah mari kita berhenti mengeluh dan menggantinya dengan ucapan syukur kepada TUHAN, sang Pencipta, kepada ibu yang telah merawat dan melahirkan kita sejak dari dalam kandungan , dan kepada ibu dan bapak yang menjadi subyek pembicaraan kita hari ini, marilah kita berdoa agar dimudahkan rejekinya untuk meneruskan perjuangan hidup ini.
I pray for you, full.
Salam Champion,

*) Surya Rachmannuh lahir di Jakarta tahun 1970, lulusan S1 dari Bunda Mulia dan S2 dari Jakarta Institute of Management Studies, Certified ISO Lead Auditor dari SGS, Certified Webmaster dan Problem Solving & Decision Making. Aktif di PT. Kalbe Farma, tbk sebagai “Training Specialist”. Hasil tulisan Alumnus Writer Schoolen “Menulis Buku Best-Seller batch XI” ini dapat dilihat di www.webiddesign.com dan www.pembelajar.com

Membagi Kebahagiaan Hidup

Tahukah anda bahwa kebahagiaan kita dapatkan dengan membagi waktu kebahagiaan kita bersama dengan orang lain. Kisah ini saya dimulai dari komunikasi pagi hari dengan istri saya, senyuman cukup untuk memotivasi saya pagi ini dan saya pun berangkat kerja dengan sambutan salakan anjing yang pernah membuat saya “shock” pada awalnya namun sekarang sudah menjadi sebuah salakan yang tiada berarti karena dengan sekali hentakan kaki saja saya berhasil membuatnya mundur walaupun dengan salakan pembelaan diri dan saya pun tidak menghiraukan lagi karena saya ingin cepat berangkat kerja.

Setelah melewati samping perumahan saya menyusuri jalan setapak yang hanya bisa dimasuki oleh kendaraan bermotor dua alias motor dan ditengah-tengah jalan setapak sebelum menuju jalan raya saya menyempatkan diri untuk membeli beberapa gorengan sebagai sarapan pagi. Dikarenakan saya berkenan untuk menghabiskan makanan itu sebelum melanjutkan perjalanan kembali, maka sebagai ganjarannya adalah saya ketinggalan angkot sehingga mengharuskan saya untuk naik ojeg motor sebagai gantinya.

Dengan menumpang jasa ojeg motor saya melewati kepadatan jalan raya Semanan yang cukup ramai dan akhirnya saya sampai di seberang jalan halte Kalideres dengan biaya empat ribu rupiah alias siceng, saya naik jembatan penyeberangan agar sampai ke seberang jalan dengan selamat dan dengan berlari-lari kecil akhirnya saya sampai ke tempat bus way.

Antrian lumayan panjang, dan saya beruntung membeli kartu gesek untuk busway dengan harga 25.000 di daerah Cempaka Mas dan dapat diisi ulang dengan harga minimal 10.000 sehingga saya dapat menerobos kepanjangan antrian busway dan menanti jalur cepat busway dengan cara berdiri saya masuk melintasi perlintasan bis jalur pertama jurusan Kalideres – Harmoni dan segera melompat lagi ke jalur kedua jurusan Kalideres – Pulogadung untuk menuju tempat kerja saya.

Tak berapa lama kemudian, ada seorang pelajar SMU dengan rok yang panjang mendapatkan kesulitan untuk menyebrang ke jalur kedua busway dengan jarak sekitar 30 cm. Saya langsung menawarkan bantuan dengan mengulurkan tangan kanan saya seraya berkata, “De, mau saya bantu?” Dia tidak serta merta menjawab pertanyaan saya namun dia memberikan tangan kirinya sebagai tanda kepercayaannya kepada saya dan akhirnya dia dapat pindah ke jalur busway kedua jurusan Kalideres – Pulogadung dengan aman.

Setelah saya membantu pelajar SMU tersebut saya mengambil posisi dibelakang agar dapat dengan tenang menulis setiap pengalaman saya ini lewat hp saya. Sesaat ketika busway sudah meluncur beberapa saat, penumpang yang duduk dibelakang tanpa sengaja melontarkan kaki yang dibungkus sepatunya ke lutut saya, dia pun mengucapkan kata “maaf” dan saya pun mengatakan tidak ada masalah dengan hal itu.

Sesampai di daerah Senen, banyak penumpang yang transit dan yang masuk juga, saya pun segera mengambil tempat duduk yang kosong dengan maksud untuk rehat sejenak dan memberikannya kepada yang berhak nanti yaitu orang tua, ibu hamil dan orang yang mempunyai ketidakmampuan fisik, dan busway pun akhirnya membawa saya dengan selamat pagi itu ke tempat aktivitas saya di daerah Cempaka Putih.

Berkaitan dengan catatan saya sebelumnya tentang pilihan kita untuk berpikir positif maka prakteknya dalam kehidupan sehari-hari adalah saya selalu mencoba untuk memberikan sedikit kebahagiaan yang dimulai dari diri kita sendiri, keluarga kita, dan masyarakat di sekeliling kita yang saya diwakili dengan orang-orang yang terlibat dalam perjalanan saya menuju kantor mulai dari keterlepasan saya akan shock pada salakan anjing, membantu ibu penjual gorengan dengan membeli barang dagangannya, member sedikit rejeki bagi tukang ojeg, membantu pelajar SMU dan memaafkan lutut saya yang ketendang serta memberikan tempat duduk kepada yang berhak adalah sebuah rangkaian kegiatan harian yang dapat kita lakukan yang saya sebut dengan membagi kebahagiaan. Ya, dimulai dari kebahagiaan hati yang meluap kepada orang lainlah yang akan membawa kita kesebuah kebahagiaan yang sejati, dimana kebahagiaan mereka yang tercermin dalam senyuman mereka adalah sebuah tanda kebahagiaan mendapat tempat yang layak dalam hati mereka dan semoga lewat penulisan yang sederhana ini kita dapat memberikan kebahagiaan untuk sekitar kita mulai sekarang dan seterusnya.

Salam Champion,

*) Surya Rachmannuh lahir di Jakarta tahun 1970, lulusan S1 dari Bunda Mulia dan S2 dari Jakarta Institute of Management Studies, Certified ISO Lead Auditor dari SGS, Certified Webmaster dan Problem Solving & Decision Making. Aktif di PT. Kalbe Farma, tbk sebagai “Training Specialist”. Hasil tulisan Alumnus Writer Schoolen “Menulis Buku Best-Seller batch XI” ini dapat dilihat di www.webiddesign.com dan www.pembelajar.com

Memilih untuk berpikir positif

Saya tergerak untuk menulis artikel ini menurut berbagai sumber buku seperti “7 Kebiasaan Manusia yang Efektif” karya Stephen R. Covey dan “Prinsip Sukses” ala Jack Canfield. Pertama-tama menurut saya benarlah yang dikatakan Stephen R. Covey tentang rumus sukses yang sejati yaitu bermula dari sebuah benih ide dalam pikiran yang berkembang menjadi sebuah tindakan, tindakan berkembang menjadi sebuah perilaku atau kebiasaan baru, kebiasaan yang diulang akan membentuk sebuah karakter yang baru dan karakter baku inilah yang pada akhirnya akan mengubah nasib seseorang.
Jadi ini adalah sebuah proses pembentukan karakter yang selaras dengan hukum alam dan hukum tanam tuai, yaitu apa yang kita tanam dalam pikiran kita maka akan kita akan menuai hasilnya di dunia nyata. Intinya, memilih berpikir positif adalah sebuah pilihan. Ketika dihadapi sebuah tantangan yang saya ilustrasikan dengan isi air dalam gelas yang memberikan kita dua buah pilihan yaitu separuh kosong atau separuh isi, maka kita dihadapi oleh sebuah pilihan apakah ini memilih berpikir negatif atau pesimis (isi air dalam gelah separuh kosong) atau berpikir positif atau optimis (isi air dalam gelas separuh isi) sehingga korelasi antara pilihan yang terjadi dalam pikiran kita itulah yang akan mempengaruhi tindakan kita di dalam menyikapi sebuah persoalan dalam hidup kita. Jadi berpikir positif bukan meniadakan fakta bahwa isi air memang tidak penuh, melainkan sebuah pilihan yang akan mengubah tindakan kita sampai kepada sebuah kebiasaan dan karakter sampai kita dapat melakukannya tanpa berpikir dan menjadi bagian dalam hidup kita, maka dengan sendirinya kebiasaan dan karakter kitalah yang akan mengatur hidup kita menjadi lebih efektif.
Untuk memperjelas pandangan isi air dalam gelas diatas, saya juga ingin menambahkan lagi sebuah ilustrasi tentang seorang Indian yang mempunyai dua ekor anjing yaitu anjing yang berwarna hitam dan satu lagi anjing yang berwarna putih. Setiap hari kedua anjing ini akan diadu sampai ada salah satu diantaranya mencapai kemenangan. Menariknya, setiap hari Senin, Rabu dan Jumat, kemenangan selalu ada dipihak anjing yang berwarna hitam, sedangkan Selasa, Kamis dan Sabtu, kemenangan ada dipihak anjing yang berwarna putih sedangkan hari Minggu tidak dilakukan perlombaan. Menariknya terkadang trend kemenangan itu bisa berubah juga, hari Senin sampai Rabu, anjing hitam yang menang sedangkan hari Kamis sampai Sabtu, anjing putih yang menang dan pertanyaan ini juga pernah ditanyakan kepada sang Indian, apakah rahasianya sehingga dia dapat mengatur kemenangan pertandingan tersebut dan ternyata jawabannya sangat sederhana, yaitu kepada anjing yang mana sang Indian itu memberikan makan sebelum pertandingan dimulai.
Demikian juga dengan kita. Di dalam setiap manusia ada dua azimat berpikir yaitu Sikap Mental Negatif (SMN) yang membawa anda kepada kegagalan, ketakutan dan kesengsaraan dan Sikap Mental Positif (SMP) yang akan membawa anda kepada kesuksesan, keberanian dan kebahagiaan hidup. Intinya terletak pada pilihan kita, seberapa sering kita mempraktekkan pikiran-pikiran positif yang ditunjukkan lewat tindakan atau perilaku positif seperti rajin, disiplin, jujur, penuh inisiatif, tanggung jawab, keuletan, menghargai orang lain dan sebagainya dalam kehidupan kita sehari-hari bahkan rela untuk bekerja ikhlas yaitu dengan menanamkan benih kebaikan kepada semua orang tanpa mengharapkan imbalan daripadanya.
Jadi kita secara sadar memilih sebuah tindakan yang bertanggung jawab berdasarkan prinsip yang tidak lekang oleh waktu dan bersifat universal seperti hukum gravitasi bumi yang akan selalu mengembalikan setiap benda yang dlempar kembali ke bumi. Apakah perbedaan salam tempel dengan tips? Perbedaannya terletak pada sikap ikhlas dan waktu pelaksanaan tindakan. Seseorang dapat dikatakan ikhlas ketika dia melaksanakan tugasnya dengan baik tanpa memikirkan berapa imbalan atau tips yang didapat seperti seorang bell boy di hotel misalnya, dia melakukan dulu tugas dan tanggung jawabnya untuk mengantar tamu hotel, menyalakan ac dan menjelaskan beberapa fasilitas di kamar hotel dan berhak atas berapa pun tips yang diberikan bahkan tidak mengeluh bila tidak mendapatkan tips sama sekali.
Salam tempel dilakukan orang akibat dari penyimpangan dari sebuah prosedur atau sistem. Contoh orang malas antri sehingga memberikan uang tempel atau pelicin agar diberikan kemudahan. Dulu mengurus Surat Ijin Mengemudi dan STNK tidak mudah alias dipersulit sehingga menimbulkan banyak biro jasa yang juga merupakan perpanjangan tangan untuk memudahkannya atau orang yang ingin mempunyai SIM itu sibuk atau bahkan tidak mempunyai kemampuan sama sekali, namun sekarang jaman sudah berubah memang masih ada beberapa penyimpangan namun tidak seperti dulu, di jaman reformasi kita melihat banyak gebrakan yang dilakukan di era reformasi ini yang sangat baik namun butuh waktu untuk menghilangkan persepsi “Salam Tempel” ini di banyak institusi di negeri ini.
Berpikir positif baru dikatakan tidak pada tempatnya ketika sesuatu hal yang salah dan bertentangan dengan hati nurani di legalkan atau disahkan. Contoh : boleh dong mencuri untuk kebaikan seperti Robin Hood, ini merupakan kebenaran yang sepotong. Boleh dong menerima salam tempel asal yang memberi “ikhlas” atau “diikhlaskan menurut sistem dan prosedur yang ada”, bahkan lewat pelatihan Spiritual sekalipun yang banyak beredar sekarang apalagi sampai membenarkan “Salam tempel” jelas ini adalah sebuah kesalahan yang dobel, baik salah secara pikiran positif juga secara spiritual.
Saya akan tutup sharing saya lewat sebuah rumus dari Jack Canfield yaitu Peristiwa + Respon = Outcome atau hasil yang diinginkan. Pertama-tama, anda harus menentukan dulu cita-cita, tujuan atau hasil yang diinginkan, misalnya sepasang laki-laki dan perempuan mendambakan sebuah pernikahan di gedung (outcome), namun takdir berbicara lain, terjadi peristiwa gempa yang mengakibatkan gedung itu rusak parah sehingga mengancam batalnya pesta pernikahan tersebut. Peristiwa sudah terjadi dan menghalangi hasil yang diinginkan (outcome) sehingga yang tersisa adalah sebuah pilihan lagi, apakah berpikir negatif dengan cara mengeluh, mengomel bahkan bisa mengatakan Tuhan itu tidak adil ataukah sebaliknya, kita memilih untuk berpikir positif dan melakukan tindakan positif pula dengan cara mengabarkan kepada seluruh undangan tentang perpindahan gedung yang sedianya di dalam dilaksanakan ditempat yang berbeda atau di taman (garden party) dekat dengan tempat pemberkatan pernikahan pasangan itu. Inilah kenyataan dalam hidup, kita tidak dapat selalu mendapatkan hasil yang kita inginkan, namun kita selalu mendapatkan pilihan sebuah respon atas segala peristiwa atau persoalan yang terjadi dalam hidup kita.

Salam Champion,

*) Surya Rachmannuh lahir di Jakarta tahun 1970, lulusan S1 dari Bunda Mulia dan S2 dari Jakarta Institute of Management Studies, Certified ISO Lead Auditor dari SGS, Certified Webmaster dan Problem Solving & Decision Making. Aktif di PT. Kalbe Farma, tbk sebagai “Training Specialist”. Hasil tulisan Alumnus Writer Schoolen “Menulis Buku Best-Seller batch XI” ini dapat dilihat di www.webiddesign.com dan www.pembelajar.com

Tuesday, September 29, 2009

Hati yang mau melayani

Sebuah kunci sukses yang sering saya bagikan dalam pelatihan saya adalah keinginan hati kita yang ingin melayani. Bagi sebagian orang yang belum mengenal arti pelayanan sesungguhnya mungkin memandang hal ini secara tidak lengkap seperti merasa cape, apa perlunya melayani pelanggan atau orang lain, bagus banget, emangnya gua pelayan apa, dan masih banyak lagi komentar lainnya.

Memang ini membutuhkan sebuah kebesaran jiwa dan arti yang mendalam bagi seseorang yang ingin benar-benar membuat sebuah komunitas orang-orang sukses dan terpelajar, karena hanya dengan melayani dengan sepenuh hatilah kita dapat menunjukkan kepada orang lain sebuah bentuk kepedulian yang dapat dilihat dalam kehidupan kita sehari-hari.

Melayani dalam kehidupan sehari-hari sangat penting karena manusia juga berubah dari hari ke sehari, apakah menjadi lebih bijak atau kurang kadar kebijakannya apalagi terbawa emosi. Emosi menurut saya adalah pengambil sumber daya kreativitas terbesar dalam pikiran kita. Kita marah namun tidak berdaya dan akhirnya kita jadi bersungut-sungut dan akhirnya tidak melakukan apapun dan tahukah anda, anda sedang menciptakan sebuah kebiasaan penolakan kecil dan akhirnya mencari ciri khas dan apalagi anda dalam sebuah komunitas yang paling cepat men”cap” atau melabel pribadi tertentu dengan kata lainnya adalah sebuah PERSEPSI.

PERSEPSI ini adalah pembunuh karakter dan kepribadian yang paling cepat. Pernahkah anda memutuskan untuk tidak berteman atau sudah tidak mau mendekati dia kecuali “kepepet” hanya karena persepsi publik atau orang yang anda mintai keterangan sedang tidak selaras dengan orang yang dibicarakan? Saya pikir pernah.

Itulah mengapa melayani harus terlihat dalam kehidupan kita sehari-hari bila perlu menjadi gaya hidup kita dan menciptakan "Positif Image" dalam diri anda. Ini memang tidak mudah karena anda harus melakukan “extra mile” atau bekerja lebih dibandingkan orang lain, apalagi kita memang pernah mempunyai perilaku yang tidak menyenangkan dan ditangkap tidak simpatis bagi orang lain, sudah pasti kita harus melakukan “double mile” bila perlu. Karena sangat mudah orang mengatakan sesuatu hal yang negative tentang orang lain dibandingkan pada hal-hal yang positif.

Ada istilah yang mengatakan dan silakan anda teliti sendiri kebenarannya sebagai berikut :“Susah lihat orang lain senang, dan senang lihat orang lain susah.”

Nah, persepsi ini sudah mengakar dalam kehidupan kita yang penuh dengan kompetisi ini, terutama untuk para laki-laki. Sebagai contoh, pertandingan persahabatan hanya untuk para wanita saja, para pria mungkin secara jantan mengakui kebolehan tim lain dalam sebuah olahraga misalnya, namun dalam hati, kita para pria sering berkata dalam hati, “Suatu hari nanti aku akan mengalahkanmu, jadi tunggu hari pembalasannya.”

Sekarang, lepas dari jenis kelamin dan pernyataan “Susah lihat orang lain senang dan senang lihat orang lain susah”, mari kita mempunyai persepsi yang baru yaitu “Kebahagiaan anda adalah sebuah kebanggaan bagi kami” sehingga kita diajak dalam sebuah persepsi baru bahwa sebuah tindakan membantu orang lain atau melayani seseorang adalah sebuah kebanggaan bagi kita, sebuah kehormatan bagi kita. Kita sedang menabur benih-benih kebaikan di dalam hidup kita sehari-hari tidak hanya pada atasan kita, pelanggan kita atau segala sesuatu yang menguntungkan kita saja (WIIFM) melainkan sebuah pancaran hati yang tulus ingin membantu orang lain karena yakinlah bahwa ketika anda menabur benih kebaikan kepada seseorang maka kita akan memanen buah hasil kebaikan kita kelak, apalagi didorong oleh sebuah motivasi luhur bahwa melayani adalah bagian dari hidup kita sehari-hari.

Bila pun ada yang bertanya kepada anda, mengapa anda harus melayani satu sama lain dengan baik, maka hanya satu kata motivasi yang sederhana dan memikat untuk anda yaitu “Mengapa burung berkicau?”.
Salam Champion

*) Surya Rachmannuh lahir di Jakarta 1970, lulusan S1 dari Bunda Mulia dan S2 dari Jakarta Institute of Management Studies, Certified ISO Lead Auditor dari SGS, Certified Webmaster dan Problem Solving & Decision Making. Aktif di PT. Kalbe Farma, tbk sebagai “Training Specialist”. Hasil tulisan Alumnus Writer Schoolen “Menulis Buku Best-Seller batch XI” ini dapat dilihat di www.webiddesign.com dan www.pembelajar.com

Saturday, September 12, 2009

Champion Revisited

Jadi anda sudah menelusuri pemikiran dasar tentang Champion, yaitu Cantik Karakternya, Harmoni, Andal(dapat dipercaya), Mandiri atau matang, Prestasi, Inisiatif, Orisinil dan Natural.

Ini bisa jadi menjadi delapan bagian namun satunya, karena walaupun diurutkan pastilah tidak sempurna, demikian juga hidup kita. Kita wajib merangkainya menjadi kesatuan yang indah, utuh dan tidak ,terbagi. Antara pikiran, ucapan dan tindakan pun terkadang kita tidak mudah menyelaraskannya, saya pun masih dalam tahap pengembangan dewasa dari hari ke sehari.

Kalau anda bertanya kepada saya mengapa saya menuliskan hal ini, saya pun mengatakan kepada anda dengan sebuah pertanyaan, mengapa burung berkicau?

Dan itu adalah motivasi untuk mengakhiri sesi "Menjadi Pribadi Champion", dengan harapan para pembaca pun dapat memberikan sumbagan saran, pesan apa pun untuk memperbaiki mutu tulisan saya.

Terima kasih atas perhatiannya.

Salam Champion
Surya Rachmannuh

8D. Komitmen

Wah, kalau yang ini tidak mudah nih menjelaskannya. Kalau begitu saya menjelaskannya lewat sebuah ilustrasi berikut ini :

Pagi hari ini saya makan nasi goreng dengan lauk telur dadar dan empal daging sapi. Telur dadar ini disebut emansipasi atau terlibat saja, karena sang ayam masih hidup di kandang dengan bebasnya sedangkan empal daging sapi inilah yang kita sebut komitmen.

Mengapa?

Karena proses bagaimana empal daging sapi tadi bisa singgah di piring saya. Itu melewati banyak sekali proses. Sang sapi harus merelakan diri dipotong di pejagalan sapi, kemudian dibawa ke pasar, dipotong-potong lagi menjadi kiloan, sesampainya dirumah, digeprak lagi dagingnya supaya menjadi pipih, diberikan bumbu, kemudian digoreng dalam minyak wajan yang panas, ditiriskan, didiamkan sejenak supaya menjadi dingin, kemudian diberikan bawang goreng sebagai tambahan aroma, dipamerkan di warung makan, dibeli oleh mbok narti, asisten saya, dibungkus dan terakhir disajikan sebagai makan pagi saya.

Komitmen adalah sebuah bentuk sikap para Champion yang terpuji yaitu dengan menepati apa yang telah dijanjikan, sehingga mau tidak mau harus dilaksanakan apapun resikonya karena ini menyangkut kredibilitas diri kita dimata orang yang menerima komitmen kita.

Perhatikan lagi :

Karakter - Komitmen - Hasil Champion


Jadi

• Layak dipercaya akan berbuah kepercayaan, suatu saat bisa jadi pengusaha atau dipercaya buka usaha oleh pengusaha atau bekerja pada pengusaha dengan hasil yang diinginkan (Outcome)

• Menghargai orang, maka anda akan mempunyai banyak teman dikelilingi oleh orang-orang yang Champion juga (Networking)

• Tanggung jawab, maka anda fokus untuk menyelesaikan suatu tugas sampai tuntas dan tidak menyalahkan orang lain di dalam kehidupan anda. Anda bertanggung jawab 100% dalam kehidupan anda. (It’s My Life)

• Keadilan, maka sebisa mungkin memberikan kepada orang, atas prestasi yang memang menjadi bagiannya a (Performance)

• Kepedulian, maka anda bisa peduli pada keadaan orang lain, merangkul mereka dan mengangkat harga diri mereka supaya dapat berdiri sejajar dengan kita dan bersama mencapai cita-cita kita bersama. (We are the Champions)

• Jujur, bahwa anda itu tulus dapat berani berkata apa adanya (Just to be You)

• Keberanian, anda dapat mengubah nasib dengan membuat misi dalam hidup ini (Mission Statements)

• Ulet, anda teguh mempertahankan kegagalan demi kegagalan untuk mencapai keberhasilan anda. Prestasi demi prestasi terbaik dalam hidup. (Persistent)

• Integritas, setiap perkataan yang anda lakukan telah anda perhitungkan dan dapat dilaksanakan (Walk the Talk)

• Jadi warganegara yang baik, menjadi seorang Champion yang membela tegakya integritas dan integrasi bangsa Indonesia dengan semangat kebangsaan yang luhur.

Dan inilah komitmen seorang pribadi yang Champion dan untuk membentuk komunitas yang Champion juga.


We are the champions, my friends
We keep on fighting to the end

We are the champions, we are the champions
No time for loser
Coz we are the champions
Of the world.

Salam Champion
Surya Rachmannuh

8C. Karakter Champion

Karakter adalah hasil dari kebiasaan anda. Karakter ada yang cantik dan yang buruk tergantung dari pikiran yang masuk, tingkah laku dan kebiasaan yang dia kembangkan.

Bila anda sering membantu orang maka anda akan menuai kepercayaan orang, dan akibat kepercayaan itu lah anda dapat diberikan modal usaha atau direferensikan orang itu kepada sahabatnya yang lain atau rekan bisnisnya sehingga anda mendapat dua keuntungan sekaligus.

Banyak teman kan banyak rejeki, ya nggak? Apalagi kalau beli buku ini dan mereferensikannya kepada orang lain yang membutuhkannya. Maka dalam sekejab nasib saya langsung berubah. Dari sekedar ingin mendapatkan sampingan malah menjadi profesi utama.

Pribadi Champion mencakup karakter yang cantik-cantik saja, dan mungkin dapat anda cari hubungannya sendiri lewat definisi, cerita, ilustrasi atau pandangan yang ada di dalam buku ini yaitu

• Andal atau layak dipercaya
• Menghargai orang
• Tanggung jawab
• Keadilan
• Kepedulian
• Jujur
• Keberanian
• Ulet atau pantang menyerah
• Integritas
• Jadi warganegara yang baik

Salam Champion
Surya Rachmannuh

8B. Kebiasaan

Kebiasaan adalah gabungan dari ketiga hal yang membentuk para pribadi Champion yaitu orang yang Tahu, Bisa, dan Mau. Ada yang berpendapat bahwa tahu akan suatu hal menyumbang kira-kira 10% saja dari keberhasilan seseorang, 5% saja dari kemampuan (karena sudah bisa) sedangkan 85% berasal dari kemauan orang itu.

Tahu atau pengetahuan didapat dari berbagai informasi dari Koran, radio, televisi, internet dan media lainnya.

Orang yang tahu belum tentu bisa. Seseorang yang tahu dengan hebat teori bagaimana mengayuh sepeda dengan baik, belum tentu naik sepeda sebelum melewati proses

“Bisa karena biasa”.

Nah untuk mendorong orang supaya bisa naik sepeda tinggal satu faktor lagi yaitu apakah orang tersebut punya minat untuk naik sepeda, apa manfaatnya bagi dia yaitu faktor kemauan.

Pepatah mengatakan :

Dimana ada kemauan disitu ada jalan. Orang yang ulet akan berhasil.

Itulah mengapa sekarang banyak bermunculan motivator-motivator baru di Indonesia, karena semakin kurang kemauan seseorang atau tim untuk melakukan sesuatu hal yang telah ditetapkan sebelumnya, semakin orang itu butuh dimotivasi dengan harapan mereka akan berprestasi dan meningkatkan kinerja departemen.

Namun menurut saya bila mereka belum mendapatkan motif mereka bekerja maka motivasi itu akan seumur jagung saja, karena mereka dipengaruhi oleh motivasi luar dari motivator bukan dari motivasi dalam diri yang kita sudah kita bahas pada bab-bab sebelumya, namun saya akan membahasnya lebih mendalam sekarang.


Motivasi dari luar diri (What’s In It For Me)

Dulu saya waktu masih kecil, ketika sudah tahu dan bisa naik sepeda. Tiba-tiba ibu saya meminta saya untuk berbelanja barang kebutuhan di pasar, namun saya menolaknya karena tidak mau, lagi asik main gitu.

Lalu ibu saya memotivasi dengan sebuah perkataan, “Kalau sisa uang kembaliannya buat kamu, kamu mau berbelanja untuk mama?” Mau, mau, kata saya.

Saya masih berada dalam posisi memenuhi kebutuhan dasar saya, saya bertindak karena ada imbalannya berupa uang. Ini adalah tingkat terendah dari diagram Maslow.


Motivasi dari dalam diri (Meaning in life)

Bila saya melakukan itu dengan tujuan sebagai aktualisasi diri sebagai hasil yang diinginkan (outcome) bagi pengembangan diri saya tanpa melihat uang yang dihasilkan dari aktivitas profesi dan karir saya. Uang sudah bukan lagi menjadi penggerak utama lagi. Ini sudah mencapai tahapan aktualisasi diri.

Ini adalah tingkat tertinggi dari diagram Maslow.

Motivasi Champion

Para Champion melakukan kedua-keduanya, mereka melakukan dulu motivasi yang tertinggi seperti pada ilustrasi “Cara menanam benih kurma di padang pasir” kita harus bertumbuh dulu kebawah atau membentuk karakter-karakter yang cantik, yang mampu memilih respon tanpa tekanan atau paksaan dari luar melainkan secara sadar melakukan itu sesuai dengan sistem nilai dan misi yang telah dinyatakan, mendapat kepercayaan orang dulu (andal), mampu melakukan negosiasi agar tercipta hubungan “Menang-Menang” agar terjalin hubungan yang harmoni, sampai tiba waktunya “batu beban” itu terdorong, maka kita akan tumbuh dan berkembang dengan sangat kuat.

Walaupun datang badai kehidupan kita tetap teguh karena karakter kita sudah kuat untuk menghadapi segala rintangan yang ada di depan kita, saat itulah baru kita dapat mendapatkan hasil yang diinginkan (outcome) terwujud. Impian berubah menjadi kenyataan. Ada perbaikan nasib yang terus menerus semakin baik.

Cobalah untuk :
• Menemukan sesuatu yang positif dalam segala hal
• Temukan seseorang yang positif dalam situasi apapun
• Katakan sesuatu positif dalam setiap percakapan
• Hapus kata-kata negatif dari kosakata anda

Mampukan diri anda dulu, rejeki datang kemudian.

Salam Champion
Surya Rachmannuh

8A. Rumus Sukses Champion

Saya mendefinsikan sendiri rumus sukses Champion sebagai berikut :

Input (Masukan)- Proses(Process) - Output (Keluaran)
Pikiran Champion - Memilih Respon - Tindakan
Tindakan - Pengulangan - Kebiasaan
Kebiasaan - Pengulangan - Karakter
Karakter - Komitmen - Hasil Champion

Artinya Pikiran Champion mengaktifkan sebuah Tindakan Champion, satu Tindakan Champion akan menimbulkan motivasi yang Champion sehingga menimbulkan keinginan untuk mengulangnya kembali sampai membentuk sebuah kebiasaan Champion, kebiasaan Champion yang diulang akan berubah menjadi Karakter Champion dan akhirnya karakter Champion inilah yang akan mengubah nasib seseorang menjadi pribadi Champion yang sempurna.

7D. Proses Transformasi

Proses transformasi adalah kita menukar peran pencela batin yang sebenarnya sekaligus pelatih batin kita juga. Jadi kita manfaatkan dulu kritik yang membangunnya, kemudian kita gali apa rasa ketakutan dalam bentuk sebuah permintaannya sebagai bentuk cintanya kepada kita. PB adalah singkatan dari pencela batin / pelatih batin yang sedang berbicara dalam diri saya (Surya) kita yang telah saya adopsi dari buku “The Success Principles” karya Jack Canfield sebagai berikut

PB : Kamu ini bagaimana sih. Kamu memasukkan terlalu banyak informasi dalam pelatihan tadi. Penjelasanmu terlalu cepat, dan kamu tergesa-gesa di bagian akhir. Tidak mungkin orang bisa mencerna semua informasi itu. Setelah bertahun-tahun menjadi “Trainer”, kamu seharusnya lebih tahu.

Surya : Oh ya. Aku tidak akan mendengarkanmu mencelaku. Saya sudah melakukan survei sebelumnya dengan pihak pelanggan sebelum saya melakukan presentasi, tentang visi dan misi, apa yang mereka inginkan dari pelatihan ini. Aku tidak tertarik pada penilaianmu, hanya pada gagasanmu tentang “cara” membuatnya lebih baik lain kali.

PB : Baiklah. Lain kali dua atau tiga pokok bahasan saja sebagai tambahan dan kalau bisa diberikan lewat contoh, ilustrasi, humor serta lebih banyak latihan antar pribadi supaya orang-orang bisa benar-benar mengerti tujuan materinya. Kamu tidak bisa mengajari orang-orang itu seharian penuh dengan pengalamanmu yang telah bertahun-tahun bukan. Masukan air ke botol dari ember kan harus sendok per sendok. Kalau langsung diguyur kan hasilnya tidak maksimal.

Surya : Kamu benar. Ada lagi?

PB : Ya. Pastikan kamu menyertakan lebih banyak “games” di sekitar jam 3 sore, biasanya itu waktu mereka pulang kan. Sedangkan materi pelajaran kamu selesai jam 5 sore. Ini tidak biasa dari pulang jam kerja mereka sehari-hari.

Surya : Baiklah. Ada lagi?

PB : Ya. Menurutku akan lebih baik jika anda putarkan sebuah lagu “It’s My life” misalnya sebagai pemacu motivasi juga sebagai pengingat bila lagu sudah selesai itulah awal dimulainya satu sesi. Bila ada yang terlambat, berikan hukuman ringan untuk sebagai pelajaran disiplin. Jadi kamu nggak perlu teriak-teriak lagi kan.

Surya : Saran bagus. Ada lagi?

PB : Ya pastikan kamu memasukkan beberapa gerakan agar semua orang dapat mengingat tidak hanya lewat “slide presentation” melainkan dalam bentuk gerakan supaya mereka dapat mempraktekkannya kembali di rumah, seperti gerakan “CONIM” yang selalu kamu ajarkan pada sesi pelatihan kamu.

Surya : Benar juga. Ada lagi?

PB : Namun pastikan bagi peserta ibu hamil dapat dibebaskan dari gerakan itu, apalagi yang telah hamil tua. Kalau “brojol” di tempat pelatihan kan repot, walaupun tinggal pindah ruangan doang sih.

Surya : Iya ya. Sudah selesai?

PB : Ya, iyalah.

Surya : Baiklah, saya sudah mencatat semuanya. Saya akan memperbaikinya dalam pelatihan-pelatihan saya. Terima kasih.

PB : Sami-sami.

Seperti yang anda lihat dalam contoh diatas, ada banyak hal yang dilihat pelatih batin anda tentang cara memperbaiki prestasi anda dalam situasi yang akan datang.

Masalahnya – sampai sekarang informasi itu telah disampaikan sebagai penilaian.

Begitu anda mengganti percakapan itu ke pembahasan yang tidak emosional tentang peluang perbaikan, maka pengalaman itu berubah dari negatif menjadi positif.

Dan inilah saran yang berharga. Karena penelitian tentang ingatan memberitahu kita bahwa sebuah gagasan baru hanya bertahan sekitar 40 detik dalam ingatan jangka pendek dan kemudian hilang. Anda perlu mencatat semua gagasan ini dan memasukkannya ke dalam arsip yang akan anda kaji ulang sebelum penampilan anda yang berikutnya. Jika tidak, anda bisa kehilangan manfaat umpan balik yang berharga itu.

Salam Champion
Surya Rachmannuh

7C. Harmoni dengan suara batin anda

Pernahkah anda begitu kurang puas dengan hasil kerja anda?

Saya sering kali. Ketika menulis beberapa kata dalam kalimat ini saja, banyak sekali kata-kata celaan yang bertentangan dengan kemauan kita yang patuh.

Contoh : Kurang kutip dua tuh, kok eloe narsis banget sih, ceritain diri saja kok repot dan menunjukkan 25 pencapaian segala, sombong banget luh, apa saja sehingga terkadang saya pun sedang memanfaatkan momentum untuk menulis, dan seterusnya.


Prinsip perdamaian dengan suara pencela batin anda sama bagaimana anda menyikapi masa lalu anda yang kelam, yaitu dengan cara merangkulnya.

Masa lalu kita agar jangan menghalangi beban kita, demikian juga suara pencela batin anda. Ubahlah pencela batin anda menjadi pelatih batin anda, dengan cara mengubah kata-kata yang cenderung negatif diubah menjadi kata-kata positif yang membangkitkan semangat Champion anda.

Otak kita bekerja dengan cara yang menakjubkan. Kebiasaan yang sudah ada tidak dapat dhilangkan, jadi kebiasaan itu perlu diganti saja dengan mengubah kata-kata negatif dengan kata-kata positif saja.

Biasanya pertentangan ini muncul ketika anda bersifat ”perfectionist” atau ada nilai yang dilanggar seperti ”menyontek” atau ”memberikan contekan” misalnya. Ini saya pernah saya alami dulu dan bisa membuat saya tidak bisa tidur semalaman.

Saya memberikan sebuah pengalaman dengan ”pencela” dan ”pelatih” batin saya dengan dialog sebagai berikut :

Memberikan Contekan


Pencela : Tadi kamu ngasih nyontek ya.

Surya : Iya, abis bagaimana ya. Saya kan nggak enak sama teman.

Pencela : Dasar kamu pengecut, takut ditingalin teman ya. Justru itu akan menjerumuskannya. Nanti kalau ketahuan, tanggung sendiri akibatnya.

Surya : Iya, tapi saya kan butuh teman. Karena...

Pencela : Dasar.....

Pelatih : Sudah, sudah. Pencela, saya yang ambil alih sekarang.
(dan pencela batin pun bertukar peran dengan pelatih batin)

Pelatih : Surya, apakah kamu pikir memberikan contekan adalah hal yang baik?

Surya : Tidak, tapi saya sepertinya tidak punya pilihan

Pelatih : Surya, selalu ada pilihan. Mengapa anda tidak mengajak belajar bersama sehingga kamu bisa memberikan ilmu kamu tanpa merasa bersalah dan orang lain pun merasakan manfaatnya?

Surya : Iya, benar juga ya. Nggak terpikir tuh, pelatih.

Pelatih : Ok. Kita sekarang kita sudah sepakat. Besok katakan ke teman kamu bahwa kamu tidak bisa memberikan contekan lagi, karena kamupun butuh waktu untuk konsentrasi namun kamu bersedia untuk memberikan tips and trick bagaimana menghadapi ujian dengan baik. Setuju?

Surya : Setuju. Itu ide yang bagus. Sangat Champion sekali.

Pelatih : Oke. Sekarang kamu tidur, sudah malam. Selamat malam, Surya.

Surya : Selamat malam pelatih. Terima kasih atas nasehatnya.

Dalam contoh ini, Surya dalam status yang salah karena tidak sesuai dengan nilai pribadi yaitu dengan memberikan contekan. Apakah anda berpikir si Pencela Batin ini berhenti ketika anda sudah melakukan hal yang benar menurut Nilai pribadi Champion anda.

Tenyata tidak. Si pencela tetaplah si pencela merupakan bagian diri kita yang tidak terpisahkan, yang saya coba berikan lewat ilustrasi berikut ini :


Hanya Saya Yang Tahu


Setelah memberikan satu sesi pelatihan maka Surya pun kembali ke hotel. Selesai masuk ke ruang kamar dan duduk di tempat tidunya. Terdengarlah sebuah suara di benak saya.

Pencela : Presentasi tadi itu buruk tahu.

Surya : Oh ya?

Pencela : Iya. Pada bagian cara bertelepon yang baik. Kamu kurang melakukan prakteknya tahu.

Surya : Maklum saja. Saya kan sampling, lagian pesertanya lebih dari 30 orang sih.

Pencela : Dari awalnya persiapan dong, mengapa menerima peserta lebih dari standar.

Surya : Bagaimana ya, mereka kan sedang mengejar ketinggalan agar semua karyawannya dapat pelatihan ”Service Excellence”.

Pencela : Emangnya gua pikirin. Itukan urusannya mereka.

Surya : Jangan gitu dong. Kita kan punya mimpi untuk membantu orang....

Pencela : Sok bantu loh. Bantu dulu diri sendiri, standar loe, prestasi loe.

Surya : Kita kan harus mempraktekkan dulu ke diri sendiri, supaya orang lain percaya. Apalagi topiknya kan ”Service Excellence”, kita kan harus kasih contoh...

Pencela : Oh yeah?

Dan seterusnya.


Untuk mengubah pencela batin anda menjadi pelatih batin anda, anda harus memahami sebuah prinsip inti bahwa yang mendasari kritik diri dan penilaian diri dimotivasi oleh cinta.

Sebagian diri anda sedang mencoba memotivasi bagian diri anda yang lain untuk melakukan sesuatu yang baik bagi kebaikan anda sendiri.

Seperti halnya orang tua anda, pencela batin anda sebenarnya memikirkan kebaikan anda dengan cara mencela anda. Pencela batin anda ingin anda jadi lebih baik supaya anda mendapat manfaat perilaku yang lebih baik. Masalahnya, pencela batin anda hanya memberitahu anda separuh kebenaran.

Ketika anda masih kecil, orang tua anda mungkin memarahi anda dan menghukum anda tidak boleh keluar dari kamar setelah anda melakukan sesuatu yang bodoh seperti lari ke jalan raya tanpa melihat situasi menengok ke kiri dan ke kanan.


Hampir Pindah Alam

Saya ingat kejadian masa kecil saya ketika saya berusia kurang lebih delapan tahun ketika saya masih tinggal di Gg, Ikan di daerah Tambora. Saya berlari kebut-kebutan dengan cari main motor-motoran.

Brem, brem. Breeeeeeeeem dan saya lari sekencang-kencangnya keluar dari gang saya dan menyeberang ke warungnya “Wak Aji” untuk membeli mainan. Pas setengah jalan dalam menyebrangi jalan raya, hanya selisih satu detik saja, saya baru sadar bahwa saya baru saja mendahului sebuah pengendar vespa yang dikendarai seseorang yang sempat oleng juga jalannya dan seraya berkata, “Weeeei, mau mampus loe?”.

Waktu itu saya pucat, dan setelah saya sadari saat itu bila bukan karena pertolongan ALLAH, satu detik saja saya terlambat, maka saya segera kembali kepangkuanNya dengan segera. Karena itu sekarang saya bersyukur atas setiap tarikan napas yang telah diberikanNya kepada saya.


Kembali ke bahasan kita, sebenarnya yang orang tua kita ingin katakan adalah “Kami menyayangimu” tapi tidak pernah kesampaian. Ketika kita diberikan nasehat kepada ibu dan sepertinya kita menolak nasehat bahkan teguran, orang sering berkomentar bahwa orang tua kita itu sebenarnya saya kepada kita, hanya cara yang mereka pilih adalah lewat teguran atau larangan.

Jika kita salah mengambil respon, kita cenderung melawan dan orang tua kita juga semakin marah dan bila sampai puncaknya kita dengan jengkel meninggalkan mereka, dan mereka menerima perlakuan kita sebagai anaknya dengan hati yang sedih. Begitulah kita dulu sering lakukan ketika kita masih kecil.

Sebenarnya orang tua terutama ibu kita ingin mengatakan kami tidak ingin kamu tertabrak motor atau mobil atau kami ingin kamu ada dekat kami supaya kami bisa melihatmu tumbuh besar menjadi orang dewasa yang bahagia dan sehat dan sebagainya.

Atau larangan untuk naik ke loteng rumah, main layangan, main gangsing, dampu. Itu larangan kembali dalam kebenaran yang sepotong. Maksud sesungguhnya adalah kami menyayangimu nak, kalau kamu jatuh kan harus ke dokter, bila memecahkan kaca jendela tetangga kan tidak enak dan ibu tidak punya uang banyak, itulah cinta yang tidak terungkapkan oleh banyak orang tua diatas kita apakah itu ayah, ibu, paman, bibi, kakek dan nenek anda.

Namun mereka hanya menyampaikan separuh pesan itu dan dibalik kemarahan itu masih ada tiga lagi pesan yang tidak pernah tersampaikan yaitu rasa takut, permintaan khusus dan rasa cinta.

Sebuah pesan cinta akan lengkap bila terlihat seperti ini :

Kemarahan : Kami marah kepadamu karena kamu berlari ke jalanan tanpa melihat ke kiri dan kekanan.

Ketakutan : Kami khawatir kamu akan terluka parah apalagi kalau langsung pindah alam.

Permintaan : Kami ingin kamu lebih hati-hati ketika sedang bermain dekat jalanan. Berhenti dulu sejenak (pause), lalu lihat ke kiri dan kanan melihat situasi kendaraan, kemudian berjalanlah dengan hati-hati sampai keseberang.

Cinta : Kami sangat menyayangimu. Kamu anak laki-laki ibu satu-satunya nak. Kamu sangat berharga bagi kami. Kami ingin kamu aman dan sehat. Kamu berhak mengalami banyak saat menyenangkan dan tetap aman supaya kamu bisa selalu menikmati kehidupan yang maksimal. Masa depan kamu masih panjang. Kamu ngerti, nak?

Nah sekarang ungkapan cintanya baru lengkap.

7B. Harmoni dengan Sesama

Uang bukanlah segala-galanya, namun segala-galanya butuh uang. Memangnya naik taksi, bajaj dan angkutan lainnya pakai daun? Ya tidak lah yah.

Karena ukuran kebahagiaan dan sukses antara satu orang dengan orang yang lain itu sangat berbeda tergantung dari cara pandang, persepsi atau keyakinan dia yang mempengaruhi tindakannya. Dan buahnya adalah berupa kesuksesan dan keuangan yang menjadi tolok ukur tingkat kebutuhan manusia selagi ada dibumi ini.

Oleh karena itu, saya selalu juga mengajarkan untuk mengukur sukses atas keuangan dan kesuksesan lewat pendekatan yang biasa lewat ajaran pakar psikologi Abraham Maslow yang mengenalkan teori ini .


Lima Tingkat Kebutuhan Manusia

1. Survival atau bertahan hidup. Kebutuhan mendesak manusia berupa pangan, sandang dan papan. Orang yang kepepet atau dipepet terus oleh situasi dan kondisi tertentu bisa tiba-tiba nekat bila tidak terpenuhi kebutuhan ini.
2. Safety atau keamanan. Dimana orang sudah terpenuhi dan memasang tembok keamanan di sekitarnya, menyewa jasa keamanan karena sesuai dengan tingkat ekonominya yang semakin mapan.
3. Social atau sosial. Dimana orang sudah mulai sudah berbagi dari kelebihannya dan mulai dikenal keberadaannya ditengah masyarakat.
4. Self Esteem atau harga diri. Dimana harga diri sangat berharga sekali. Dia dihormati dan disanjung orang sebagai orang yang dermawan, senang membantu dan sebagainya
5. Self Actualization atau aktualisasi diri. Dimana orang mulai mengaktualisasikan dirinya. Ketika meraka sudah mencapai apa yang mereka cita-citakan. The sky is the limit. Sudah memiliki segalanya. Pengembangan pribadi, keluarga, karir dan social masyarakat bahkan ada yang rela meninggalkan segala kepemilikannya dan kembali ke area spiritual yaitu dengan lebih mendekatkan diri kepada ALLAH.

Mengambil hikmat dari ilustrasi “Ora Et Labora”, keluarga petani “B” dapat membantu keluarga petani “A” bukan sebaliknya merendahkan apalagi menjadi petani “A” menjadi buruh garapannya. Sebagai pribadi yang Champion memang benar kita harus menjadi percaya diri, namun tidak menjadi sombong dan harus dapat menilai keseluruhan diri seseorang apa adanya.

Batasannya adalah ketika kita berbicara kepada orang lain, apakah orang lain mendapatkan motivasi atau inspirasi sehingga mereka juga bertindak kembali ke jalan kehidupannya masing-masing.

• Kita memcetak prestasi tidak dengan maksud agar dapat merendahkan orang lain, melainkan mengangkat harga diri dan membantu orang keluar dari kesulitannya

• Kita memberikan rasa aman ketika orang berkomunikasi kita dengan cara yang asertif, tidak dengan memberikan ancaman atau paksaan.

• Kita saling membutuhkan hubungan sosial, situasi yang saling menguntungkan (Win win Solution), tidak hanya sekedar memanfaatkan situasi saja

• Kita saling menghargai sebagai kebutuhan dasar manusia atas pengakuan diri dari orang lain bukan dengan cara menjatuhkan harga dirinya, apalagi dihadapan orang lain

• Kita membantu orang lain mendapatkan aktualisasi dirinya, untuk apa tujuan hidupnya ada dibumi dan bila mungkin saling bergandengan tangan bersama menuju masa depan yang lebih baik.

We are the Champions, my fren.

Bahkan dengan pesaing pun kita harus melakukan hal yang sama, tentu saja dari segi hubungan bukan dari segi bisnis. Pesaing kita bukanlah musuh yang sesungguhnya.

Mereka malah memperbesar industri kebutuhan kita dan menambah pangsa pasar kita asal jangan saling menjatuhkan dan perang harga. Karena strategi perang harga bukan strategi yang baik sebenarnya, karena siklus bisnis juga memerlukan situasi saling menguntungkan bukan sebaliknya saling merugikan.

Musuh kita sesungguhnya adalah kemiskinan, perlakuan tidak adil, intimidasi dan kerusakan moral yang tidak saja mematikan potensi seorang, lebih lagi memudarkan tujuan sesesorang menjadi manusia yang seutuhnya.

Salam Champion
Surya Rachmannuh

7A. Harmoni dengan alam

Saya termasuk orang yang suka bekerja dan beribadah. Dan kita mengenal rahmat ALLah dari hukum-hukum alam yang hakiki. Pribadi yang Champion adalah pribadi yang mampu mengubah nasibnya lewat suatu kebijakan apa yang telah diberikan alam bagi kita lewat ilustrasi berikut ini.

Ora Et Labora


Konon, ada dua orang keluarga petani yang mempunyai lahan berjenjang di sebuah daerah perbukitan. Kedua keluarga itu termasuk keluarga-keluarga yang taat beribadah.

Satu keluarga petani yang kita sebut saja petani ”A”, setiap hari mengajak seluruh keluarganya beribadah, apalagi saat ini sedang musim paceklik. Mereka sekeluarga meminta datangnya hujan, bahkan ada sebagian dari mereka yang menambah jam ibadahnya sampai semalam-malaman.

Keluarga petani yang lain, sebut saja petani ”B” , setiap hari juga mengajak seluruh keluarganya beribadah. Dan setelah mereka beribadah, mereka mulai bekerja sesuai dengan peran dan fungsi tugas mereka masing-masing.

Para wanita dan anak-anak, melakukan kegiatan di dalam rumah dan pekarangan. Para laki-laki yang dipimpin oleh petani ”B” tersebut selalu terlibat diskusi dan revisi atas pencapaian prestasi masa lalu sebagai bahan evaluasi prestasi sekarang bahkan masa depan bila perlu.

Mereka sibuk membuat persediaan air dengan membuka sumur atau tempat penyediaan air yang baru, membuat sistem irigasi yang terpadu, dengan rencana yang matang sekali, sehingga ketika hujan benar-benar datang nanti dan sesuai dengan hukum alam, dimana air akan mengalir ke tempat yang lebih rendah dengan demikian tidak terlalu berjerih payah mengumpulkan air bila sudah datang hujan.

Oleh karena itu mereka sibuk bekerja keras siang dan malam untuk mencapai cita-cita mereka yaitu air yang cukup untuk mengairi sawah dan ladang mereka sampai masa panen tiba.

Suatu malam, hujan yang dinantikan sejak lama pun turun dengan lebatnya. Kedua keluarga petani itu terkejut sekaligus bersorak kegirangan.

Keluarga petani ”A” bagaikan pemadam kebakaran atau dalam keadaan ”kepepet”, dengan mengerahkan keseluruhan tenaga mereka, mereka mengikuti jejak air di daerah perbukitan tersebut yang memang menjadi area wilayahnya.

”Loh, kok tanggul yang disebelah sana jebol ya. Perasaan dulu baik-baik saja. Hayo anak-anak cepat bekerja. Jangan malas apalagi kalau ”nekat” melawan bapak. Perbaiki tanggul yang jebol itu. Cepat. Cepat.” teriak petani ”A”.

Belum lagi tanggul satu jebol, banyak sekali tanah longsor terjadi sehingga menimbun tempat-tempat persediaan air milik petani keluarga ”A” tersebut. Dan terjadilah kehebohan di sana, penuh dengan suara hiruk pikuk, kalang kabut, saling menyalahkan pun terjadi disana.

Petani A : Tolong tambal tanggul itu, dan kamu tolong jaga air itu, kamu cegat air itu semampumu. Hayo, hayo jangan malas. Mana cangkulmu, mana pangkurmu kita bekerja tak jemu-jemu. Cangkul, cangkul, cangkul yang dalam...

Dalam sekejab air mengalir begitu derasnya sehingga tidak dapat dibendung lagi. Hilang lenyap di tengah kesunyian malam itu.

Petani A : ”Air, air, air. Hilang sudah airku, rejekiku. Ya nasib, ya nasib mengapa begini. Baru pertama bercerita sudah menderita.... ”

Di lain pihak, petani ”B” juga mengerahkan seluruh potensi yang ada pada diri mereka. Setiap orang berjaga diposnya masing-masing sesuai dengan pembagian tugas, serta saling bahu membahu memperbaiki hal-hal yang diperlukan seiring dengan derasnya hujan malam itu.

Mereka terhindar dari tanah longsor, malah sumur-sumur baru yang mereka gali dengan susah payah kini sudah membawa hasil. Semua penuh dan terisi. Memang ada perbaikan kecil akibat beberapa tanah longsor yang menahan laju aliran sistim irigasi sawah mereka. Toh, hal itu dapat mereka selesaikan dengan baik karena adanya perencanaan yang matang sebelumnya.

Hasilnya dapat dipastikan.

Musim tanam itu, keluarga petani ”B” bersyukur senantiasa atas hujan yang telah turun. Petak-petak lahan padi, jagung, ketela, sayur mayur yang telah mereka rencanakan membuahkan hasil panen yang berlimpah sementara keluarga petani ”A” hanya menyisakan beberapa lahan yang nyaris kering saja dan hanya cukup untuk menyambung kehidupan mereka sehari-hari.

Keluarga petani ”A” tidak dapat mengucapkan kata syukur, bahkan diantara mereka ada yang cenderung mengatakan bahwa mereka merasa mendapatkan cobaan, merasa diperlakukan tidak adil, dan beberapa keluhan kecil lainnya.

Ini adalah sebuah keadilan dalam kehidupan. Sebuah prinsip yang bekerja sama dengan hukum alam lagi.



Apa moral cerita diatas menurut anda?

Hujan diberikan kepada semua orang, lepas dari apapun karakternya. Harta dan kekayaan adalah buah dari hasil kerja keras kita selama kita dibumi. Ibadah adalah modal kita untuk di sorga.

Bekerja dan beribadah adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Terlalu banyak beribadah tanpa bekerja, kita tidak dapat melihat hasil yang kita inginkan dalam berbagai aspek dalam kehidupan kita.

Sebaliknya bila anda terlalu banyak bekerja dan kekurangan waktu untuk beribadah, pengembangan diri sendiri dan keluarga dan hubungan sosial anda akan terganggu keseimbangannya.

Lucunya adalah ada orang-orang yang bekerja keras sedemikian rupa. Buka usaha jam 6 pagi, tutup jam 10 malam. Demi ”order” dan biar banyak ”cuan” (untung / laba) katanya.

Ada yang mencapai kekayaan tertinggi pada usia 50-an, namun pada usia 60-an pulang pergi ”check up” kesehatan di Singapura, perlahan-lahan bisa ludes juga harta kekayaannya.

Ada yang mencapai kekayaan dalam usia tertentu, namun tahun depannya kena ”Phian Sui” (stroke maksudnya), separuh badan tidak dapat digerakkan dan tergantung pada kursi roda. Yang lebih parah lagi adalah orang yang tidak pernah punya tujuan kemana mereka akan pergi didunia ini dan pada saat datang ajal menjemput....

Banyak orang tidak mau bangkit dari kegagalan alias gatot (gagal total) karena mereka menyalahkan orang lain, mengulangi kesalahan yang sama, berharap tidak akan pernah gagal lagi, memperkirakan akan terus gagal, menerima nasehat mentah-mentah, dibatasi oleh kekeliruan di masa lalu, berpikir aku memang pecundang dan akhirnya menyerah.

Sebaliknya bila kegagalan di maknai peristiwanya dan diubah menjadi jembatan baru menuju sukses dengan mengambil tanggung jawab, belajar dari setiap kesalahan, mengetahui bahwa kegagalan itu adalah bagian dari kemajuan, memelihara sikap yang positif, mencari kreativitas dan inovasi baru, mengambil tantangan-tantangan baru dan ulet pada apa yang telah direncanakan semula harus tercapai sesuai dengan yang ditetapkan sebelumnya.

Ingat! Andalah yang memutuskan apa yang ingin anda lakukan dalam hidup ini. Bila hidup adalah masalah pilihan, pilihlah dengan bijaksana.

Salam Champion
Surya Rachmannuh

6D. Mendapatkan Kepercayaan

Kepercayaan didapatkan dari tindakan-tindakan prestasi yang kita lakukan di masa lalu sehingga membangun sebuah kredibilitas diri yang baik di mata orang lain.

Sekitar dua tahun yang lalu saya diminta oleh salah seorang saya dari departemen saya yang mendapat tugas untuk mengumpulkan lagu-lagu motivasi selama para eksekutif melakukan rapat besar untuk meningkatkan semangat.

Sayapun meminjamkan semua lagu-lagu motivasi yang saya miliki dan ternyata acaranya sukses. Dan saya pun menabur kebaikan diantara rekan-rekan kerja karena lewat pengalaman saya sebagai instruktur dalam bidang design dengan jabatan “Senior Training” di Binus Training Center ternyata saya mendapatkan peluang yang tidak saya sebutkan satu persatu sehingga saya berhasil sampai saat ini.

Sebagai puncaknya, awal tahun ini saya mendapatkan kepercayaan langsung dari Presiden Direktur tempat saya bekerja untuk membuat presentasi dalam bentuk film atau movie dan sayalah satu-satunya orang yang mampu melakukan hal itu.

Sebuah kepercayaan yang sangat tinggi nilainya dan sampai sekarang saya masih menyimpan email hasil ucapan terima kasih atas kerjasama tim dan kontribusi saya terutama dalam penyiapan presentasi yang begitu suksesnya dan dalam kurun waktu yang singkat.

Kembali ini selaras dengan prinsip tanam tuai. Anda tetap menabur benih-benih kepercayaan kepada orang lain karena kita tidak tahu kapan persisnya akan menuai, dan yang paling penting dari itu semua adalah hasil kebahagiaan batin yang anda telah anda terima ketika anda memberikan bantuan kepada orang lain.

Lebih berbahagia orang yang memberi daripada yang menerima.

Salam Champion
Surya Rachmannuh

6C. Membangun Kepercayaan diri orang lain

Saya mempunyai suatu pengalaman lagi dengan calon ”Field Force” saya ketika dia mendapat 3 merah, sedangkan syarat kelulusan program training satu bulan kami mensyaratkan bahwa bila seseorang telah mencapai jumlah 5 merah, maka mereka kami berikan ”jalan pulang” dengan terhormat ke rumahnya, bukan ke area penempatan kerjanya.

Saya katakan kepadanya untuk memperbaiki diri, saya menyebut beberapa nama yang berpengalaman atau yang mendapatkan nilai yang baik, bahkan saya menghubungi ketua kelasnya secara diam-diam untuk memperhatikan dan membantu dia supaya dia berhasil melewati ”batu besar’ nya.

Ternyata dia gagal.

Tidak mudah bagi saya melepas dia. Saya memberikan nama kontak saya. Dan mengatakan dia hampir selesai, 85 % selesai. Dia jatuh pada 2 mata pelajaran terakhir dan saya katakan dia masih mempunyai kesempatan untuk mencoba lagi.

Pada semester berikutnya, ketika program pelatihan sudah berjalan dia baru menghubungi saya, dia sudah bekerja namun saya katakan silakan melamar kembali untuk semester berikutnya dan saya membantu mengurus administrasinya ke bagian recruitment.

Semester berikutnya, dia berhasil masuk dan lulus. Profil dia sering saya angkat topiknya untuk memotivasi dan dia tersenyum saja pada saat dikelas. Memang saya tidak menyebut namanya atas permintaannya dan seluruh kelas juga tidak tahu karena dia waktu itu belum siap mental untuk menghadapi hal itu. Bagi saya nggak apa-apa, saat itu ”hanya dia dan saya” yang tahu.


Ada cerita lain dimana, dimana saya berperan sebagai ”executor” langsung, tanpa melewati proses akibat kesibukan saya memberikan pelatihan ”Service Excellence” ke seluruh rumah sakit yang ada di Indonesia. Dan lewat sebuah ”Exit Interview” sempat juga ada seorang ”Field Force” laki-laki yang dengan bahasa tubuh yang meminta agar saya membatalkan niat saya supaya dia tidak dipulangkan......

Dia pun bercerita bahwa dia itu dulu sudah bekerja dan mengadu nasib di tempat saya bekerja. Dia sudah beristri dan punya dua anak dan sangat termotivasi oleh sesi Pelatihan saya pada saat awal program pelatihan ”Field Force” tiga minggu yang lalu.
Namun sejak sesi pelatihan saya itu, hari demi hari motivasinya menurun dan dia mendapat nilai merah sampai lima dan harus ”pulang kampung” tanpa mendapat kemenangan, dia tidak diterima bekerja di tempat kami.

Hati saya terharu mendengar penjelasannya. Ingin membantu namun sudah terlambat, keputusan sudah diambil saya hanya menjalankan prosedurnya.

Akhirnya, dengan berat hari saya memotivasi dia untuk terakhir kalinya mengapa dia tidak menggunakan alasan bahwa dia sudah menikah dan mempunyai dua anak lagi, sebagai motivasi dia menuju sukses, sukses melewati masa pelajaran maksudnya.

Coba dulu dia membayangkan sakitnya atau ”pain” bila gagal melewati program pelatihan. Tidak berpenghasilan dan anak-anak harus dibiayai dan disekolahkan, maka seharusnya dia lebih giat belajar dan berusaha dibandingkan dengan calon ”fresh graduate” yang kebanyakan masih lajang.

Hampir di setiap sesi pelatihan motivasi, saya selalu menekankan bahwa para peserta harus menjalin ”hubungan persaudaraan”, saling membantu dan saling mendoakan.

Hanya ada dua hal yang membuat anda ”pulang kampung” yaitu ketika anda melanggar integritas dengan cara menyontek, dan bila ada mencapai lima angka merah.

Karena apabila sudah tiba saatnya seperti sekarang ini, walaupun belas kasihan ada pada hati nurani saya, namun karena peran saya sebagai ”executor” harus dilaksanakan. Dan itulah yang terjadi. Dia ”pulang kampung” ke rumahnya dengan selamat, namun dengan hasil yang mengecewakan, bukan hasil yang diinginkan (outcome).

Sebagai kata motivasi terakhir, kembali saya memberikan dia sebuah pengharapan bahwa kegagalan ini hendaknya dimaknai secara dewasa, sebagai sebuah ”pelajaran” kehidupan yang tidak pernah diajarkan di bangku sekolah manapun.

Sekali lagi, anda tidak akan pernah menjadi orang gagal, sepanjang anda dapat mengambil makna dari sebuah peristiwa keberhasilan atau kegagalan, bahkan kebanyakan orang belajar banyak dari kegagalan.

People learn much from their mistakes.

Salam Champion
Surya Rachmannuh

6B. Membangun Kepercayaan diri

Ketika saya masih menjabat sebagai Manajer Jaminan Mutu atau ”Quality Assurance” pada waktu masa bakti Agustus 1999 – Juli 2001, prestasi saya waktu itu adalah dalam satu tahun saya dengan team harus berhasil mencapai sertifikasi ISO, dan bulan Agustus 2000 perusahaan saya waktu itu PT. Selamat Sempana Perkasa, benar-benar mendapatkan Sertifikasi ISO – Manajemen mutu.

Saya memainkan peran ganda waktu itu. Menjadi Manajer QA dan Wakil Manajemen apabila perusahaan kami diaudit dari badan sertifikasi. Waktu itu badan sertifikasinya adalah SGS International Certification Services.

Saya masih meningat peristiwa penyerahan sertifikat ISO itu. Dengan memakai Jas Baru berwarna biru saya dengan bangga maju ke podium dan membicarakan pidato singkat dan berterima kasih atas pencapaian sertfikasi disitu diiringi tepuk tangan hadirin padahal saat itu saya juga belum menguasai teknik presentasi sebenarnya.

PD nggak PD, PD aja lagi.

Apa yang saya lakukan barusan adalah sedang memberikan kredit point positif kepada diri saya. Walaupun itu adalah pencapaian prestasi saya di masa lalu, namun rasa itu masih terasa dan ini dapat meningkatkan kepercayaan diri anda. Fungsi otak kita mudah mengingat dengan jelas karena sudah terbentuk jalan pikiran otak atau neuron ke sebuah peristiwa.

Pain atau pleasure. Namun saya memilih pleasure. Sebuah pencatatan skor masa lalu yang positif saja. Jadi kita dapat menekan pikiran negatif yang menghalangi potensi kita dengan menggantikannya dengan sebuah pikiran positif dan tindakannya supaya kita mampu membalikkan keadaaan atau situasi kita.

Sayangnya, kebanyakan dari kita tidak menghargai atau menganggap remeh apa yang pernah kita capai, bahkan untuk menambah daftar prestasi saja rasanya kok tidak sempat. Ingat hanya anda yang mampu mempromosikan diri anda lewat prestasi anda, bukan orang lain.

Balik lagi tentang kepercayaan diri, pernahkan anda memasuki sebuah situasi atau kondisi tiba-tiba rasa percaya diri anda hilang dan seakan kehilangan kendali diri anda?

Itu terjadi karena tiga faktor yang membentuk sebuah kebiasaan yaitu pengetahuan, ketrampilan dan sikap kita. Kita kehilangan percaya diri dapat karena kita mempunyai kekurangan satu diantra ketiga hal itu. Apakah kita tidak mengetahui situasi atau topik tertentu, pengalaman kita kurang dan yang paling menentukan adalah anda gugup ketika berbicara di depan orang.

Gugup pada saat berbicara di muka umum adalah ketakutan terbesar manusia, setelah takut sama anjing sebagai ”runner up” ketakutan umum yang dihadapi manusia. Saya pernah mengalami gugup sampai badan saya terguncang-guncang ketika waktu upacara bendera berlangsung dan sejak saat itulah saya bercita-cita untuk tidak gugup ketika berbicara di depan orang banyak dan sekarang saya sudah berhasil mencapainya.

Demikian juga tentang hal kepercayaan diri. Semakin banyak anda mencatat prestasi dalam hidup anda maka itu akan menjadi referensi yang baik kepada anda di masa sekarang. Ingat, anda sekarang ini adalah hasil dari hukum tanam tuai yang anda lakukan di masa lalu.

Berita baiknya adalah kita dapat selalu memetik hikmat dari kegagalan masa lalu dan mencatat keberhasilan masa lalu supaya kita dapat mengolahnya sebagai bahan dasar kesuksesan masa kini dan menetapkan tindakan atau ”Action Plan” untuk mencapai sasaran atau target jangka pendek kita yang sesuai dengan cita-cita besar kita dimasa datang.

Dalam prakteknya, saya mengambil contoh yang pernah saya alami ketika sedang memberikan presentasi di depan klien ketika sebagai seorang presenter. Bayangkan kalau dalam sebuah presentasi bila saya dan anda mengajukan sebuah penawaran untuk satu penawaran dengan penyedia jasa training lainnya maka seseorang yang mempunyai kepercayaan diri dan jam terbang tinggilah yang dipilih dan itu berlanjut sampai saya bergabung menjadi konsultan atau trainer internal sampai sekarang ini.

Ini adalah buah dari hasil kepercayaan diri kita yang terkadang tanpa kita duga dan sangka sebelumnya.

Sayapun belajar ini dari pengalaman, ketika menyampaikan sebuah presentasi tiba-tiba ada sebuah file yang tidak dapat dijalan sehingga acara presentasi terhambat karena anda kehilangan kepercayaan diri beberapa saat itu.

Oleh karena itu, saya selalu menyiapkan cadangan yang banyak pada saat saat melakukan presentasi atau pelatihan. Satu set presentasi saya simpan dilaptop, satu set lagi ada di DVD dan satu set lagi di ada USB saya. Jika file presentasi yang ada di laptop hilang, saya masih punya cadangan yang tersimpan di DVD, jika DVD saya baret atau hilang saya masih punya cadangan satu set yang tersimpan di USB. Hanya jika USB tamat juga itu baru namanya nasib. Kecian deh loh.

Oleh karena itu persiapan dan perencanaan yang matang adalah alat yang penting bagi pribadi Champion.


Intinya. Mengingat masa lalu positif akan mengangkat harga diri anda. Seperti mengumpulkan koin uang permainan dan mendapatkan hadiah sebuah boneka.
Menurut anda dalam permainan itu, bila seseorang memiliki modal 100 koin bermain dengan orang lain yang hanya memiliki modal 10, 15 dan 20 koin mana yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan boneka tersebut?

Tentu saja yang lebih banyak koinnya, kan. Sesederhana itu.

Jadi mulai sekarang, kumpulkan ingatan positif masa lalu anda sehingga anda dapat mendapat kepercayaan diri, PD nggak PD, PD aja lagi. ISO ora ISO kudu ISO. Dan disertai tindakan maka anda akan mendapatkan kepercayaan diri dan layak dipercaya sebagai salah satu karakter Champion.

Salam Champion
Surya Rachmannuh

6A. Terfokus pada yang negatif

Salah satu penyebab kegagalan kita untuk menjadi pribadi yang dapat diandalkan adalah ketika perhatian kita hanya terfokus pada pikiran yang negatif. Sebagian orang pernah merasakannya termasuk saya.

Ketika saya mengadakan pelatihan dengan kelas kurang lebih 25 – 30 orang dan terkadang yang ada beberapa yang hadir lebih senior daripada saya dari segi usia, terkadang timbul rasa sungkan, nggak enak hati dan rasa tidak percaya diri muncul.

Pada menit-menit awal saya pun dapat merasa canggung dan ketakutan akan penolakan.
Untungnya rasa percaya diri perlahan-lahan bangkit dan mengalahkan rasa takut itu dengan mengingat peristiwa-peristiwa positif dan pengalaman saya mengajar banyak kelas sebelumnya.

Namun ketika saya sudah terbiasa dengan situasi dan kondisi pelatihan saya, saya dapat bercerita dengan bebasnya bahkan mengubah keadaan posisi mereka dari yang melipat tangannya di depan dada tanda sebuah penolakan atau ”wait and see” menjadi lebih terbuka dan terkadang tersenyum sesuai dengan humor-humor ringan di sela-sela pelatihan kami sebelum masuk pada esensi pelatihan yang sesungguhnya.

Itulah mengapa kita harus tetap menambah daftar panjang kita akan pencapaian kita yang positif agar kita dapat mengingatnya untuk membangun kepercayaan diri anda dan bila sudah menjadi kebiasaan, kita dapat melakukannya tanpa berpikir terlebih dahulu.

Ada cerita tentang dari buku “The Successful Principal” yang menceritakan tentang bagaimana seorang yang terpaku pada pemikiran negatif sebagai bahan pembelajaran kita supaya kita tetap fokus pada pikiran positif saja.

Cemas sampai mati

Nick Sitzman seorang pekerja rel kereta api yang masih muda dan ambisius, sehat dan kuat. Dia bereputasi sebagai pekerja keras yang rajin dan punya istri yang menyayanginya serta dua orang anak dan banyak teman.

Pada suatu hari musim panas, kru kereta api diberitahu bahwa mereka boleh pulang satu jam lebih awal untuk merayakan ulang tahu mandor mereka. Ketika sedang melakukan pemeriksaan terakhir pada gerbong kereta, Nick tidak sengaja terkunci dalam sebuah gerbong pendingin. Ketika sadar para pekerja lain sudah meninggalkan lokasi, Nick mulai panik.

Dia menggedor-gedor pintu dan berteriak-teriak sampai kepalanya berdarah dan suaranya serak, tapi tidak ada yang mendengarnya. Dengan pengetahuannya tentang “angka dan kenyataan”, dia memperkirakan suhunya nol derajat. Pikiran Nick mengatakan bahwa jika dia tidak bisa keluar, maka dia akan mati beku disini. Karena ingin istri dan keluarganya tahu persis apa yang terjadi padanya, Nick mencari sebuah pisau dan mengukir kata-katanya diatas lantai kayu. Dan dia menulis,”Dingin sekali, badanku mulai mati rasa. Andai saja aku bisa tidur. Ini mungkin pesan terakhirku”.

Keeseokan paginya, para kru membuka pintu tebal gerbong pendingin itu dan menemukan Nick sudah meninggal. Autopsi memperlihatkan setiap tanda fisik tubuhnya menunjukkan dia mati kedinginan. Padahal, unit pendingin gerbong itu tidak berfungsi dan suhu adalah 12 derajat celcius. Nick telah membunuh dirinya sendiri dengan kekuatan pikirannya sendiri.


Anda juga, jika anda bisa membunuh diri sendiri dengan pikiran yang membatasi – tidak langsung seperti Nick Sitzman, namun sedikit demi sedikit, hari demi hari, sampai anda perlahan-lahan mematikan kemampuan alami anda untuk mencapai keinginan anda.

Pikiran negatif akan mempengaruhi tubuh anda. Para peneliti juga tahu dari tes-tes polygraph (detektor kebohongan) bahwa tubuh anda bereaksi terhadap pikiran anda – mengubah suhu tubuh, detak jantung, tekanan darah, tarikan napas, ketegangan otot dan seberapa banyak tangan anda berkeringat.

Ketika tersambung dengan detektor kebohongan dan ditanyai hal-hal seperti “Apakah anda mengambil uang itu?”, tangan anda menjadi lebih dingin, jantung anda akan berdetak lebih cepat, tekanan darah anda akan lebih tegang dan akan berkertingat jika anda memang mengambil uang itu dan mencoba menyangkalnya.

Perubahan fisiologis semacam itu terjadi bukan hanya ketika anda sedang berbohong tapi juga sebagai reaksi terhadap setiap pikiran anda. Setiap sel di tubuh anda terpengaruh oleh setiap pikiran anda.

Pikiran negatif mempengaruhi tubuh anda secara negatif – melemahkan anda, membuat anda berkeringat dan membuat anda tegang.

Sebaliknya pikiran positif mempengaruhi tubuh anda dengan cara positif, membuat anda lebih rileks, terpusat dan waspada. Pikiran positif akan membantu sekresi endorlin di otak dan akan mengurangi rasa sakit dan meningkatkan rasa nyaman.

Salam Champion
Surya Rachmannuh