Friday, September 04, 2009

If Tomorrow Never Comes

If Tomorrow never comes, don’t you know how much I love her. (Ronald Winning)

Dalam sebuah pelatihan dibulan Oktober 2007, ketika saya mengikuti pelatihan ”How to become a star employee” yang dibawakan oleh James Gwee, Indonesia’s Favourite Trainer,yang selalu siaran di hari Selasa, Jam 7 pagi di Smart FM, 95,9 Khz, dalam satu sesinya dia memutarkan lagu dari Ronald Keating yang berjudul ”If Tomorrow Never Comes”,

Kemudian James Gwee mengajak para peserta pelatihan untuk nyanyi bersama-sama pada bagian “reff” nya

If tomorrow never comes, Won’t you know how much I love her
Did I try in every way, show her every day
She’s my only one, When my time on earth were through
And she my face this world without me
Is the love I give her in the past, Will be enough to last
If tomorrow never come

Ketika hari esok tidak ada lagi, tahukah putri saya betapa saya begitu mencintainya.

Apakah saya melakukan berbagai cara, menunjukkan kasih kepadanya setiap hari.

Bahwa dia adalah satu-satunya anak yang kukasihi.

Jika waktu ku dibumi sudah selesai, dan dia harus menjalani hidup ini tanpa saya.

Apakah cinta yang saya berikan kepadanya di masa yang lalu.
Cukup baginya untuk bertahan mengarungi hidup ini.

Ketika hari esok tidak ada lagi.

Setelah lagu selesai dikumandangkan dan diiringi tepuk tangan para hadirin. Salah seorang sobat saya yang berprofesi sebagai trainer bercerita bahwa lagu tersebut sangat berkesan bagi dia dan kehidupannya.

Lucunya, ada beberapa pernyataan dia yang menggelitik hati saya.

Dia berkata, ”Sori-sori strawbery ya Pak James, lagu itu cocoknya buat saya deh.”

Benar juga seh katanya. Karena James Gwee mempunyai 3 anak, laki-laki semuanya sedangkan sobat saya itu baru mempunyai 1 anak, perempuan lagi. Pas kan.

Anaknya lahir sekitar bulan Agustus tiga tahun yang lalu. Profesinya waktu itu adalah menjadi trainer ”kelepasan” di berbagai institusi pendidikan. Tiga bulan setelah kelahiran anaknya, tepatnya sekitar bulan Nopember 2004, ketika dia sedang belajar menggendong anaknya itu, itulah kisah yang berkesan dalam kehidupannya.

Lagu “If tomorrow never comes” mengingatkannya akan sebuah saat indah dalam kehidupannya.

Sebuah “Magical Moment” terjadi lagi.

Setelah satu seruputan kopi, dia pun mulai menceritakan kisahnya.
Waktu itu saya menyandarkan diri saya di dinding, menimang anak perempuan saya seraya menyanyikan lagu ciptaan saya sendiri,

Timang-timang anakku sayang
Anakku sayang
Cepatlah kau besar
Nanti kan hari yang kau jelang
Penuh kemenangan

Berulang-ulang kali saya dendangkan lagu ini, tanpa terasa satu demi satu butir air mata jatuh di pipiku, mengalir deras tak kuasa lagi menahan beban deritanya waktu itu.

Saat itu penghasilan saya sebagai trainer baru masih pas-pasan. Pas buat ongkos dan pas untuk satu pak indomie goreng rasa ayam bawang, yang saya habiskan secara diam-diam sebagai jatah makan siang saya dikantor tanpa diketahui oleh siapapun termasuk pihak keluarga saya.

Penghasilan mengajar semakin lama semakin menurun dan terikat dalam berbagai kontrak. Selesai satu paket, selesailah sudah nasibmu.

No work, No Pay lah istilahnya.

Beruntung bulan berikutnya ada seorang sahabat yang mengajak bergabung dalam perusahaannya.

Sebuah “Magical Moment” terjadi lagi.

Sejak saat itu dia terus memperbaikit etos kerja dan prestasinya. Sekarang dia sudah menjabat sebagai posisi manager di tempat perusahaan yang baru itu. Akhir sebuah kisah hidup yang berkemenangan.

Ada lagi seorang sobat ngopi saya yang lain, tertarik pada bait ke dua lagu “If Tomorrow Never Come” itu dinyanyikan, yaitu

Cos I lost someone in my life, who never knew how much I love her.

Yang terjemahan bebasnya adalah karena saya telah kehilangan seseorang yang saya cintai dalam hidup saya, yang tidak pernah tahu betapa saya mencintainya.

Lalu diapun teringat akan sebuah perisitwa meninggal neneknya dari pihak abahnya.

Saat itu dia ada di daerah rumah sakit, daerah Grogol, Jakarta Barat bersama abahnya dan neneknya. Napas neneknya tersengal-sengal, ajal sebentar lagi menjemput. Kejadiannya cepat sekali sampai waktu dia dan abahnya datang, kondisi seperti itulah yang mereka hadapi.

Mereka mencoba memberikannya minum sedikit lewat sedotan yang ditutup bagian atasnya agar setetes demi setetes dapat masuk kedalam kerongkongannya agar tidak terlalu kering, karena nada suarau neneknya seperti orang ngorok, dan sulit untuk diajak berbicara.

Sobat itu pun mencoba menyapanya, “Nek, nek ini saya datang nek.”
Neneknya tidak bisa menjawab karena napasnya yang tersengal-sengal.

Bagaimanakah cara menyapanya dan memberitahukan dia bahwa saya dan abah saya ada disampingnya untuk mendukungnya, terus mereka berpikir sampai sahabat saya itu teringat akan cerita yang sama mengenai hal ini dari seorang “Trainer” yang banyak menghadapi hal ini serta terlibat dalam pelatihan-pelatihan “Service Excellence” dalam rumah sakit dan akhirnya sobat saya pun mempraktekkannya juga.

Kali ini sobat saya memberikan pesan kepada neneknya sebagai berikut :

“Nek, kalau nenek tahu tapi nggak bisa jawab bahwa kami, saya dan abah ada disini, nenek nggak usah bicara ya nek.”

Cukup dengan mengedipkan mata nenek saja ya, nek. Itu sudah cukup.

Dan nenek sayapun melakukannya. Sebuah “Magical Moment” terjadi lagi.
Wow, lega dan terharu rasanya.

Komunikasi bahasa tubuh dengan menggunakan kedipan mata itu menandakan bahwa neneknya mengerti apa yang dimaksud oleh sobat saya.

Sebelum neneknya pergi kepangkuan ALLAH, ada dua orang yang mencintainya disampingnya. Yaitu sobat saya dan abahnya.

Ha ah, ha ah, ha ah.

Napas neneknya masih beberapa kali tersengal.

Tak lama kemudian, dengan sebuah tarikan nafas terakhir, dada sedikit terangkat dan kepala mendongak keatas.

Ha aaaaaaaaaaaaaaaah.

Lalu kepala neneknya pun terkulai dan dadapun kembali keposisinya.

Selesailah sebuah episode kehidupan manusia.

Nah, sobat. Mari kita ambil insight dari kisah ini.
• Apakah anda sudah menyatakan cinta anda kepada orang-orang yang anda kasihi?

• Apakah orang-orang yang anda kasihi itu merasakan betapa anda peduli dan mengasihi mereka?

• Apakah cinta dan kasih yang anda berikan cukup sebagai bekal mereka menjalani kehidupan ini?

• Apa lagi yang dapat anda lakukan dan ingin tingkatkan hari ini, ketika hari esok tiada lagi?

Bertindaklah sekarang, sesal kemudian tak ada gunanya.

(Sebab jika tidak. I think you, fool)