Friday, October 23, 2009

Pestanya langsung bubar

Sekumpulan pedagang rokok yang berjumlah 4 orang di mulut halte Kalideres sedang jongkok sambil asyik bersenda gurau dan tiba-tiba terdengar bunyi “Sreg, sreg. Sreg, sreg”, yang ternyata berasal dari sapuan seorang penyapu jalanan yang sedang bertugas lengkap dengan seragam baju, celana panjang dan topi yang berwarna oranye ditambah dengan penutup wajah berwarna putih sehingga hanya menyisakan matanya saja yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugasnya itu persis ditrotoar tempat mangkal ke empat pedagang rokok tadi.

Dalam sekejab, pesta obrolan pedagang rokok itu pun bubar total. Dua orang segera bergerak kearah sebelah kiri untuk kembali melakukan tugasnya sedangkan dua orang lainnya masih melanjutkan obrolannya itu. Uniknya, tidak ada satu orang pun yang tersinggung akibat ulah sang penyapu jalanan itu yang tanpa permisi tersebut, mungkin mereka menyadari bahwa memang itu sudah menjadi kewajiban sang penyapu jalanan sekaligus membubarkan kumpulan itu sekaligus menyadarkan mereka supaya kembali ke tugasnya masing-masing.

Peristiwa “Sang Penyapu Jalan” yang tetap fokus melakukan tugasnya tanpa permisi ini sangat baik menjadi refleksi bagi kita semuanya. Memang tidak salah apabila kita fokus pada pekerjaan dan alangkah baiknya apabila kita juga memperhatikan keadaan sekitar dan peduli akan perasaan orang lain di dalam melakukan tugas kita sehari-hari. Petugas itu dapat saja memberikan kata-kata peringatan dan dengan menggunakan isyarat lewat bahasa tubuhnya agar para pedagang rokok itu bisa mundur atau kembali ke tempat tugasnya masing-masing yaitu menjajakan dagangannya. Namun secara tidak sadar kita diperlihatkan pada sebuah sikap yang seakan berbicara, “Bubar, bubar, ayo bubar. Saya sedang kerja dan kok kalian juga masih asyik-asyiknya ngobrol sih.” Mungkin begitu kira-kira maksud hatinya lewat perbuatannya yang tanpa permisi tersebut.

Nah, insight untuk kita hari ini adalah apabila anda seorang atasan atau rekan kerja yang memang memerlukan sebuah area yang memang masih menjadi tugas dan tanggung jawab kita, maka sebaiknya kita dapat memintanya dengan sopan maksud dan tujuan kita yang mungkin bersinggungan dengan orang lain supaya orang dapat menghargai pula segala sikap dan tingkah laku kita di dalam kehidupan sehari-hari, bila seorang penyapu jalan dapat kita maklumi, apa jadinya kita sebagai profesional juga melakukan hal yang sama, pasti tidak akan disukai orang karena menunjukkan sikap yang egois dan kecenderungan arogan kepada orang lain.

Mungkin maksud dan tujuan kita sebenarnya baik yaitu untuk membubarkan kerumunan supaya mereka kembali bekerja. Walaupun anda adalah seorang atasan, saya pikir kita masih dapat melakukan yang terbaik seperti dengan melakukan pendekatan yang asertif dengan cara ikut dalam pembicaraan, siapa tahu lewat obrolan santai datang ide-ide kreatif dan inovatif di dalam mencapai tujuan anda bersama di kantor atau ditempat kerja anda. Jadi janganlah dulu bertindak yang diluar harapan orang walaupun dia adalah bawahan anda, suatu saat dia juga mempunyai potensi untuk menjabat sebagai seorang pimpinan seperti anda.

Dan untuk kita semua yang kita ambil hikmahnya dari kumpulan pedagang rokok itu, para pedagang itu seharusnya harus menyadari bahwa lewat kerja keras dan tujuan yang benarlah yang akan membawa mereka ke taraf kehidupan yang lebih baik apalagi bila dikaitkan dengan value atau nilai, bagi sebagian orang profesi pedagang rokok adalah sebuah hubungan yang Menang-Kalah dalam arti ketika para pedangan rokok itu mendapatkan keuntungan berupa uang, yang juga tidak seberapa itu pula, mereka seakan memberikan pelayanan kepada pelanggannya sebuah potensi untuk mengalami gangguan pada saluran napas seperti paru-paru, dan efek negative lainnya. Kita memang dituntut selalu melakukan introspeksi atas segala tindakan yang kita lakukan apakah membawa kita menjadi lebih benar dan baik ataukah hal yang sebaliknya.

Bila kita mengilustrasikan dari profesi seorang penyapu jalan, ada sebuah pernyataan bahwa apabila profesi kita seperti penyapu jalan itu, semangatnya adalah biarlah kita melakukan tugas pekerjaan kita itu dapat dipuji oleh seorang Malaikat yang mengatakan bahwa “Dialah seorang petugas penyapu jalan yang terbaik yang pernah ada di muka bumi ini.”

Bagaimanakan dengan kita? Apakah selalu memberikan yang terbaik pada setiap apa pun yang kita ingin atau dapat kita lakukan untuk memberikan hal yang lebih baik pada setiap orang? Saya yakin dan percaya lewat pikiran yang berkembang menjadi sebuah tindakan, tindakan yang berkembang menjadi sebuah kebiasaan dan kebiasaan baik yang menjadikan kita mempunyai karakter-karakter orang baik seperti jujur, layak di percaya, dan karakter baik lainnya lah yang akan mengubah nasib kita dan itu semuanya terangkum dan selaras dengan hukum alam yang ada di dunia ini.

Dan sebagai kata penutup, ingatlah pepatah atau hukum Tanam Tuai berikut ini yang berlaku untuk semua orang. Apa yang orang Tanam, itu juga yang akan dituainya nanti.

Salam Champion.

Surya D. Rachmannuh
Competency Based Trainer

Thursday, October 22, 2009

Rasa dalam kehidupan

Pernahkah kau merasa? Pernahkah kau merasa?

Ya, hampir kita semua pernah merasa. Rasa geram, jengkel akan sebuah situasi dan kondisi yang sering kita alami dalam kehidupan.

Kebanyakan dari kira terlalu merasakan akibat dari respon yang salah dalam menyikapi sesuatu hal terlebih lagi keinginan kita menyenangkan orang yang kita cintai namun tidak mendapatkan respon seperti apa yang kita inginkan.

Rasanya, uh. Ingin segera lepas dan pergi meninggalkan tanggung jawab saja, dan disinilah letak bahayanya. Bila kita tidak dapat mengambil alih suasana yang memang kita ciptakan sendiri, tentu saja akanm berakibat fatal bagi diri kita dan pencapaian tujuan kita.

Sinyal-sinyal tanda kekeruhan dalam hubungan antar manusia dapat kita temukan lewat ekspresi wajah. Sebagai contoh, saya mempunyai kewajiban untuk minum segelas teh rosela setiap pagi yang disajikan istri saya dan saya selalu memperhatikan bahasa tubuhnya lewat ekspresi wajah.

Bila dia menatap wajah saya dan memberikan senyuman, ini adalah sebuah sinyal yang baik dan hanya jika menjadi masalah bila dia memberikan segelah the rosela itu dengan memalingkan wajah dan mengarah ke sudut kanan bawah. Ini berarti ada persoalan dengan sebagian porsi besar terletak pada saya dan bukan pada orang lain atau lingkungan tempatnya bekerja.

Mengapa? Karena ketika saya pulang bekerja malam itu dia menyambut saya dengan senyum dan seketika berubah di pagi hari, ini mungkin ada perkataan dan sikap saya yang tidak cocok dengan kepribadiannya.

Jadi, kita dituntut peka dalam membaca rasa ini dan bagi orang yang selalu menggunakan sistematika berpikir otak kiri yang selalu mengikuti prosedur dengan sisi kreativitas otak kanan yang sangat kita butuhkan dalam melakukan empati terhadap masalah rasa ini yaitu rasa marah, sedih, jengkel, senang, takut, kuatir dan rasa-rasa dasar lainnya.

Untuk itu saya ingin menawarkan solusi kombinasi untuk masalah rasa ini yaitu kita gunakan logika berpikir kita yang sistematis itu hanya untuk memetakan dimana letak persoalan lewat lima pertanyaan sistematika berikut ini:

1. Apakah ada penyimpangan dari standar?
2. Apakah sebabnya masih misteri atau belum diketahui?
3. Apakah kita perlu cari tahu sebabnya?

Hanya jika jawaban dari ketiga hal tersebut diatas adalah ya, ya, ya.
Maka itulah yang baru disebut masalah. Jika salah satu dari ketiga jawaban itu "tidak", maka anda harus melanjutkan ke pertanyaan ke empat berikut ini?

4. Apakah anda punya pilihan-pilihan?

Bila jawabannya "ya", maka anda sedang menghadapi sebuah keputusan. Bila jawabannya "tidak", maka anda harus melanjutkan pertanyaan kelima yang merupakan saringan terakhir dalam proses sistematika berpikir berikut ini :

5. Apakah anda punya tindakan antisipasi atau rencana? Jawabannya ya.

Setiap persoalan akan berujung pada tindakan pencegahan atau rencana peningkatan hidup yang lebih baik.

Jadi, setelah anda menemukan persoalan baik itu berupa masalah, keputusan atau antisipasi barulah anda dapat memasang telinga anda sebagai jalan untuk mengaktifkan fungsi otak kanan anda karena ini sangat dibutuhkan dalam membangun jembatan kominikasi secara mental, bersikap empati untuk mendengarkan "rasa" ini.

Sebagai contoh, pernah istri saya menceritakan sebuah situasi di kantornya dan saya langsung saja mengomentarinya tanpa lewat proses diatas, kira-kira apa jawaban istri saya?

"Kamu itu sok tahu, saya hanya perlu di dengarkan saja kok" kata istri saya.

"Jeder, satu kosong." Kata saya dalam hati.

Bila kita memakai "screening" lima pertanyaan yang wajib anda hafalkan, maka soal itu adalah berupa antisipasi saja. Tidak butuh solusi. Dia hanya membutuhkan teman curhat atas situasi atau acara kantornya. Cukup dengan mendengarkan, memberikan anggukan, senyuman, sesekali katakan "oh ya", "mm", maka kita menciptakan hubungan yang harmonis.

Banyak hal selesai dengan cara mendengarkan. Ini tidak mudah. Mudah untuk berbicara dan butuh banyak latihan uintuk mendengarkan untuk menyelesaikan masalah "rasa" ini yang terjadi dalam kehidupan.

Salam Champion,

Surya rachmannuh
0819 3210 5388

Wednesday, October 21, 2009

Kita sepatutnya bersyukur

Melintas di pagi yang cerah di jembatan sebrang Halte kalideres hari ini, tanggal 21 Oktober 2009 saya melihat pemandangan yang tidak lazim setelah membayar ongkos kepada sopir angkot yaitu seorang ibu yang berusia sekitar 40-an sedang menggendong seorang bapak yang berusia lebih tua darinya, entah itu suami atau saudaranya, yang pasti bapak itu tidak mempunyai lengan bawah dan kaki bawah kedua-duanya, lengan yang dimilikinya hanya sebatas siku dan kaki yang dimilikinya hanya sebatas lutut saja.
Saya pun terhenyak untuk beberapa saat dan langsung tergerak ingin memberika sebuah bantuan kecil sekedarnya namun urung saya lakukan karena ibu yang sedang menggendong bapak itu berjalan dengan cepat sekali diiringi oleh wajah murung yang menyiratkan penderitaan mendalam yang tampak dari ekspresi wajahnya sehingga tidak memberikan saya banyak waktu untuk bertindak sesuai dengan keinginan saya.
Sambil berjalan ke depan, ekor mata saya tetap memperhatikan mereka berdua dengan perasaan yang “tidak enak”. Saya tahu pasti bahwa merekalah orang yang pantas dibantu dan itu jelas tergambar lewat wajahnya dan satu hal yang penting yang ingin saya utarakan lewat tulisan ini adalah saya diingatkan akan satu hal yaitu selayak dan sepantasnyalah kita bersyukur atas segala rahmat yang telah dikaruniakan TUHAN kepada kita.
Bukankah kita termasuk saya sering mengeluh ketika segala sesuatu hal terjadi tidak sesuai dengan keinginan kita? Saya sendiri sebagai seorang trainer dan motivator terkadang mengalami banyak hal dalam kehidupan ini yang sering keluhkan baik yang diucapkan ataupun yang saya simpan dalam hati dan hari ini saya belajar lewat peristiwa hari ini bahwa kita sudah sepatutnya bersyukur bahwa kita masih mempunyai anggota tubuh yang lengkap dibandingkan dengan bapak yang sebutkan dalam contoh di atas.
Bila saya ingin berbagi lebih dalam lagi kira-kira apa penyebab yang paling mungkin terjadi sehingga seseorang dapat memiliki cacat tanpa lengan dan kaki bawah kedua-duanya pada contoh diatas adalah :
Sebab pertama adalah dia merupakan seorang korban perang, namun apakah masih relevan dengan jaman kemerdekaan Indonesia seperti sekarang ini sehingga kita harus mencari kemungkinan lain.
Sebab kedua adalah akibat amputasi untuk mencegah penyebaran penyakit tertentu yang dapat mengancam jiwa, namun rasanya tidak masuk akal juga karena mengapa kedua-duanya dan termasuk tangan dan kaki juga.
Sebab ketiga adalah sebab paling mungkin yang masih juga berupa asumsi yang diperlukan kebenarannya adalah karena bapak itu sudah mengalami hal itu sejak dalam kandungan sehingga jelas terlihat ketiadaceriaan dalam wajah bapak itu yang susah saya gambarkan ekspresinya. Tahukah anda bahwa penciptaan terbesar dalam sejarah umat manusia adalah ketika dia sedang berada di dalam kandungan? Disitulah janin membutuhkan asupan gizi dan yang terkadang mengambil hal yang terbaik dari ibu. Sampai pada bagian ini juga masih ada lagi dua kemungkinan yaitu penolakan janin oleh ibu yang sering dilakukan para ibu muda jaman sekarang, namun menimbang pada usia bapak itu yang sekitar lebih dari 40 tahun maka sampailah kita pada kesimpulan akhir yaitu ketidaktahuan ibunda bapak itu akan asupan gizi yang dibutuhkan saat dalam kandungan sehingga bapak tersebut dilahirkan dengan keadaan seperti itu dan kemiskinan adalah sebagai akar penyebab utamanya.
Jadi, insight dari pelajaran kita hari ini adalah mari kita berhenti mengeluh dan menggantinya dengan ucapan syukur kepada TUHAN, sang Pencipta, kepada ibu yang telah merawat dan melahirkan kita sejak dari dalam kandungan , dan kepada ibu dan bapak yang menjadi subyek pembicaraan kita hari ini, marilah kita berdoa agar dimudahkan rejekinya untuk meneruskan perjuangan hidup ini.
I pray for you, full.
Salam Champion,

*) Surya Rachmannuh lahir di Jakarta tahun 1970, lulusan S1 dari Bunda Mulia dan S2 dari Jakarta Institute of Management Studies, Certified ISO Lead Auditor dari SGS, Certified Webmaster dan Problem Solving & Decision Making. Aktif di PT. Kalbe Farma, tbk sebagai “Training Specialist”. Hasil tulisan Alumnus Writer Schoolen “Menulis Buku Best-Seller batch XI” ini dapat dilihat di www.webiddesign.com dan www.pembelajar.com

Membagi Kebahagiaan Hidup

Tahukah anda bahwa kebahagiaan kita dapatkan dengan membagi waktu kebahagiaan kita bersama dengan orang lain. Kisah ini saya dimulai dari komunikasi pagi hari dengan istri saya, senyuman cukup untuk memotivasi saya pagi ini dan saya pun berangkat kerja dengan sambutan salakan anjing yang pernah membuat saya “shock” pada awalnya namun sekarang sudah menjadi sebuah salakan yang tiada berarti karena dengan sekali hentakan kaki saja saya berhasil membuatnya mundur walaupun dengan salakan pembelaan diri dan saya pun tidak menghiraukan lagi karena saya ingin cepat berangkat kerja.

Setelah melewati samping perumahan saya menyusuri jalan setapak yang hanya bisa dimasuki oleh kendaraan bermotor dua alias motor dan ditengah-tengah jalan setapak sebelum menuju jalan raya saya menyempatkan diri untuk membeli beberapa gorengan sebagai sarapan pagi. Dikarenakan saya berkenan untuk menghabiskan makanan itu sebelum melanjutkan perjalanan kembali, maka sebagai ganjarannya adalah saya ketinggalan angkot sehingga mengharuskan saya untuk naik ojeg motor sebagai gantinya.

Dengan menumpang jasa ojeg motor saya melewati kepadatan jalan raya Semanan yang cukup ramai dan akhirnya saya sampai di seberang jalan halte Kalideres dengan biaya empat ribu rupiah alias siceng, saya naik jembatan penyeberangan agar sampai ke seberang jalan dengan selamat dan dengan berlari-lari kecil akhirnya saya sampai ke tempat bus way.

Antrian lumayan panjang, dan saya beruntung membeli kartu gesek untuk busway dengan harga 25.000 di daerah Cempaka Mas dan dapat diisi ulang dengan harga minimal 10.000 sehingga saya dapat menerobos kepanjangan antrian busway dan menanti jalur cepat busway dengan cara berdiri saya masuk melintasi perlintasan bis jalur pertama jurusan Kalideres – Harmoni dan segera melompat lagi ke jalur kedua jurusan Kalideres – Pulogadung untuk menuju tempat kerja saya.

Tak berapa lama kemudian, ada seorang pelajar SMU dengan rok yang panjang mendapatkan kesulitan untuk menyebrang ke jalur kedua busway dengan jarak sekitar 30 cm. Saya langsung menawarkan bantuan dengan mengulurkan tangan kanan saya seraya berkata, “De, mau saya bantu?” Dia tidak serta merta menjawab pertanyaan saya namun dia memberikan tangan kirinya sebagai tanda kepercayaannya kepada saya dan akhirnya dia dapat pindah ke jalur busway kedua jurusan Kalideres – Pulogadung dengan aman.

Setelah saya membantu pelajar SMU tersebut saya mengambil posisi dibelakang agar dapat dengan tenang menulis setiap pengalaman saya ini lewat hp saya. Sesaat ketika busway sudah meluncur beberapa saat, penumpang yang duduk dibelakang tanpa sengaja melontarkan kaki yang dibungkus sepatunya ke lutut saya, dia pun mengucapkan kata “maaf” dan saya pun mengatakan tidak ada masalah dengan hal itu.

Sesampai di daerah Senen, banyak penumpang yang transit dan yang masuk juga, saya pun segera mengambil tempat duduk yang kosong dengan maksud untuk rehat sejenak dan memberikannya kepada yang berhak nanti yaitu orang tua, ibu hamil dan orang yang mempunyai ketidakmampuan fisik, dan busway pun akhirnya membawa saya dengan selamat pagi itu ke tempat aktivitas saya di daerah Cempaka Putih.

Berkaitan dengan catatan saya sebelumnya tentang pilihan kita untuk berpikir positif maka prakteknya dalam kehidupan sehari-hari adalah saya selalu mencoba untuk memberikan sedikit kebahagiaan yang dimulai dari diri kita sendiri, keluarga kita, dan masyarakat di sekeliling kita yang saya diwakili dengan orang-orang yang terlibat dalam perjalanan saya menuju kantor mulai dari keterlepasan saya akan shock pada salakan anjing, membantu ibu penjual gorengan dengan membeli barang dagangannya, member sedikit rejeki bagi tukang ojeg, membantu pelajar SMU dan memaafkan lutut saya yang ketendang serta memberikan tempat duduk kepada yang berhak adalah sebuah rangkaian kegiatan harian yang dapat kita lakukan yang saya sebut dengan membagi kebahagiaan. Ya, dimulai dari kebahagiaan hati yang meluap kepada orang lainlah yang akan membawa kita kesebuah kebahagiaan yang sejati, dimana kebahagiaan mereka yang tercermin dalam senyuman mereka adalah sebuah tanda kebahagiaan mendapat tempat yang layak dalam hati mereka dan semoga lewat penulisan yang sederhana ini kita dapat memberikan kebahagiaan untuk sekitar kita mulai sekarang dan seterusnya.

Salam Champion,

*) Surya Rachmannuh lahir di Jakarta tahun 1970, lulusan S1 dari Bunda Mulia dan S2 dari Jakarta Institute of Management Studies, Certified ISO Lead Auditor dari SGS, Certified Webmaster dan Problem Solving & Decision Making. Aktif di PT. Kalbe Farma, tbk sebagai “Training Specialist”. Hasil tulisan Alumnus Writer Schoolen “Menulis Buku Best-Seller batch XI” ini dapat dilihat di www.webiddesign.com dan www.pembelajar.com

Memilih untuk berpikir positif

Saya tergerak untuk menulis artikel ini menurut berbagai sumber buku seperti “7 Kebiasaan Manusia yang Efektif” karya Stephen R. Covey dan “Prinsip Sukses” ala Jack Canfield. Pertama-tama menurut saya benarlah yang dikatakan Stephen R. Covey tentang rumus sukses yang sejati yaitu bermula dari sebuah benih ide dalam pikiran yang berkembang menjadi sebuah tindakan, tindakan berkembang menjadi sebuah perilaku atau kebiasaan baru, kebiasaan yang diulang akan membentuk sebuah karakter yang baru dan karakter baku inilah yang pada akhirnya akan mengubah nasib seseorang.
Jadi ini adalah sebuah proses pembentukan karakter yang selaras dengan hukum alam dan hukum tanam tuai, yaitu apa yang kita tanam dalam pikiran kita maka akan kita akan menuai hasilnya di dunia nyata. Intinya, memilih berpikir positif adalah sebuah pilihan. Ketika dihadapi sebuah tantangan yang saya ilustrasikan dengan isi air dalam gelas yang memberikan kita dua buah pilihan yaitu separuh kosong atau separuh isi, maka kita dihadapi oleh sebuah pilihan apakah ini memilih berpikir negatif atau pesimis (isi air dalam gelah separuh kosong) atau berpikir positif atau optimis (isi air dalam gelas separuh isi) sehingga korelasi antara pilihan yang terjadi dalam pikiran kita itulah yang akan mempengaruhi tindakan kita di dalam menyikapi sebuah persoalan dalam hidup kita. Jadi berpikir positif bukan meniadakan fakta bahwa isi air memang tidak penuh, melainkan sebuah pilihan yang akan mengubah tindakan kita sampai kepada sebuah kebiasaan dan karakter sampai kita dapat melakukannya tanpa berpikir dan menjadi bagian dalam hidup kita, maka dengan sendirinya kebiasaan dan karakter kitalah yang akan mengatur hidup kita menjadi lebih efektif.
Untuk memperjelas pandangan isi air dalam gelas diatas, saya juga ingin menambahkan lagi sebuah ilustrasi tentang seorang Indian yang mempunyai dua ekor anjing yaitu anjing yang berwarna hitam dan satu lagi anjing yang berwarna putih. Setiap hari kedua anjing ini akan diadu sampai ada salah satu diantaranya mencapai kemenangan. Menariknya, setiap hari Senin, Rabu dan Jumat, kemenangan selalu ada dipihak anjing yang berwarna hitam, sedangkan Selasa, Kamis dan Sabtu, kemenangan ada dipihak anjing yang berwarna putih sedangkan hari Minggu tidak dilakukan perlombaan. Menariknya terkadang trend kemenangan itu bisa berubah juga, hari Senin sampai Rabu, anjing hitam yang menang sedangkan hari Kamis sampai Sabtu, anjing putih yang menang dan pertanyaan ini juga pernah ditanyakan kepada sang Indian, apakah rahasianya sehingga dia dapat mengatur kemenangan pertandingan tersebut dan ternyata jawabannya sangat sederhana, yaitu kepada anjing yang mana sang Indian itu memberikan makan sebelum pertandingan dimulai.
Demikian juga dengan kita. Di dalam setiap manusia ada dua azimat berpikir yaitu Sikap Mental Negatif (SMN) yang membawa anda kepada kegagalan, ketakutan dan kesengsaraan dan Sikap Mental Positif (SMP) yang akan membawa anda kepada kesuksesan, keberanian dan kebahagiaan hidup. Intinya terletak pada pilihan kita, seberapa sering kita mempraktekkan pikiran-pikiran positif yang ditunjukkan lewat tindakan atau perilaku positif seperti rajin, disiplin, jujur, penuh inisiatif, tanggung jawab, keuletan, menghargai orang lain dan sebagainya dalam kehidupan kita sehari-hari bahkan rela untuk bekerja ikhlas yaitu dengan menanamkan benih kebaikan kepada semua orang tanpa mengharapkan imbalan daripadanya.
Jadi kita secara sadar memilih sebuah tindakan yang bertanggung jawab berdasarkan prinsip yang tidak lekang oleh waktu dan bersifat universal seperti hukum gravitasi bumi yang akan selalu mengembalikan setiap benda yang dlempar kembali ke bumi. Apakah perbedaan salam tempel dengan tips? Perbedaannya terletak pada sikap ikhlas dan waktu pelaksanaan tindakan. Seseorang dapat dikatakan ikhlas ketika dia melaksanakan tugasnya dengan baik tanpa memikirkan berapa imbalan atau tips yang didapat seperti seorang bell boy di hotel misalnya, dia melakukan dulu tugas dan tanggung jawabnya untuk mengantar tamu hotel, menyalakan ac dan menjelaskan beberapa fasilitas di kamar hotel dan berhak atas berapa pun tips yang diberikan bahkan tidak mengeluh bila tidak mendapatkan tips sama sekali.
Salam tempel dilakukan orang akibat dari penyimpangan dari sebuah prosedur atau sistem. Contoh orang malas antri sehingga memberikan uang tempel atau pelicin agar diberikan kemudahan. Dulu mengurus Surat Ijin Mengemudi dan STNK tidak mudah alias dipersulit sehingga menimbulkan banyak biro jasa yang juga merupakan perpanjangan tangan untuk memudahkannya atau orang yang ingin mempunyai SIM itu sibuk atau bahkan tidak mempunyai kemampuan sama sekali, namun sekarang jaman sudah berubah memang masih ada beberapa penyimpangan namun tidak seperti dulu, di jaman reformasi kita melihat banyak gebrakan yang dilakukan di era reformasi ini yang sangat baik namun butuh waktu untuk menghilangkan persepsi “Salam Tempel” ini di banyak institusi di negeri ini.
Berpikir positif baru dikatakan tidak pada tempatnya ketika sesuatu hal yang salah dan bertentangan dengan hati nurani di legalkan atau disahkan. Contoh : boleh dong mencuri untuk kebaikan seperti Robin Hood, ini merupakan kebenaran yang sepotong. Boleh dong menerima salam tempel asal yang memberi “ikhlas” atau “diikhlaskan menurut sistem dan prosedur yang ada”, bahkan lewat pelatihan Spiritual sekalipun yang banyak beredar sekarang apalagi sampai membenarkan “Salam tempel” jelas ini adalah sebuah kesalahan yang dobel, baik salah secara pikiran positif juga secara spiritual.
Saya akan tutup sharing saya lewat sebuah rumus dari Jack Canfield yaitu Peristiwa + Respon = Outcome atau hasil yang diinginkan. Pertama-tama, anda harus menentukan dulu cita-cita, tujuan atau hasil yang diinginkan, misalnya sepasang laki-laki dan perempuan mendambakan sebuah pernikahan di gedung (outcome), namun takdir berbicara lain, terjadi peristiwa gempa yang mengakibatkan gedung itu rusak parah sehingga mengancam batalnya pesta pernikahan tersebut. Peristiwa sudah terjadi dan menghalangi hasil yang diinginkan (outcome) sehingga yang tersisa adalah sebuah pilihan lagi, apakah berpikir negatif dengan cara mengeluh, mengomel bahkan bisa mengatakan Tuhan itu tidak adil ataukah sebaliknya, kita memilih untuk berpikir positif dan melakukan tindakan positif pula dengan cara mengabarkan kepada seluruh undangan tentang perpindahan gedung yang sedianya di dalam dilaksanakan ditempat yang berbeda atau di taman (garden party) dekat dengan tempat pemberkatan pernikahan pasangan itu. Inilah kenyataan dalam hidup, kita tidak dapat selalu mendapatkan hasil yang kita inginkan, namun kita selalu mendapatkan pilihan sebuah respon atas segala peristiwa atau persoalan yang terjadi dalam hidup kita.

Salam Champion,

*) Surya Rachmannuh lahir di Jakarta tahun 1970, lulusan S1 dari Bunda Mulia dan S2 dari Jakarta Institute of Management Studies, Certified ISO Lead Auditor dari SGS, Certified Webmaster dan Problem Solving & Decision Making. Aktif di PT. Kalbe Farma, tbk sebagai “Training Specialist”. Hasil tulisan Alumnus Writer Schoolen “Menulis Buku Best-Seller batch XI” ini dapat dilihat di www.webiddesign.com dan www.pembelajar.com