Saturday, September 12, 2009

7C. Harmoni dengan suara batin anda

Pernahkah anda begitu kurang puas dengan hasil kerja anda?

Saya sering kali. Ketika menulis beberapa kata dalam kalimat ini saja, banyak sekali kata-kata celaan yang bertentangan dengan kemauan kita yang patuh.

Contoh : Kurang kutip dua tuh, kok eloe narsis banget sih, ceritain diri saja kok repot dan menunjukkan 25 pencapaian segala, sombong banget luh, apa saja sehingga terkadang saya pun sedang memanfaatkan momentum untuk menulis, dan seterusnya.


Prinsip perdamaian dengan suara pencela batin anda sama bagaimana anda menyikapi masa lalu anda yang kelam, yaitu dengan cara merangkulnya.

Masa lalu kita agar jangan menghalangi beban kita, demikian juga suara pencela batin anda. Ubahlah pencela batin anda menjadi pelatih batin anda, dengan cara mengubah kata-kata yang cenderung negatif diubah menjadi kata-kata positif yang membangkitkan semangat Champion anda.

Otak kita bekerja dengan cara yang menakjubkan. Kebiasaan yang sudah ada tidak dapat dhilangkan, jadi kebiasaan itu perlu diganti saja dengan mengubah kata-kata negatif dengan kata-kata positif saja.

Biasanya pertentangan ini muncul ketika anda bersifat ”perfectionist” atau ada nilai yang dilanggar seperti ”menyontek” atau ”memberikan contekan” misalnya. Ini saya pernah saya alami dulu dan bisa membuat saya tidak bisa tidur semalaman.

Saya memberikan sebuah pengalaman dengan ”pencela” dan ”pelatih” batin saya dengan dialog sebagai berikut :

Memberikan Contekan


Pencela : Tadi kamu ngasih nyontek ya.

Surya : Iya, abis bagaimana ya. Saya kan nggak enak sama teman.

Pencela : Dasar kamu pengecut, takut ditingalin teman ya. Justru itu akan menjerumuskannya. Nanti kalau ketahuan, tanggung sendiri akibatnya.

Surya : Iya, tapi saya kan butuh teman. Karena...

Pencela : Dasar.....

Pelatih : Sudah, sudah. Pencela, saya yang ambil alih sekarang.
(dan pencela batin pun bertukar peran dengan pelatih batin)

Pelatih : Surya, apakah kamu pikir memberikan contekan adalah hal yang baik?

Surya : Tidak, tapi saya sepertinya tidak punya pilihan

Pelatih : Surya, selalu ada pilihan. Mengapa anda tidak mengajak belajar bersama sehingga kamu bisa memberikan ilmu kamu tanpa merasa bersalah dan orang lain pun merasakan manfaatnya?

Surya : Iya, benar juga ya. Nggak terpikir tuh, pelatih.

Pelatih : Ok. Kita sekarang kita sudah sepakat. Besok katakan ke teman kamu bahwa kamu tidak bisa memberikan contekan lagi, karena kamupun butuh waktu untuk konsentrasi namun kamu bersedia untuk memberikan tips and trick bagaimana menghadapi ujian dengan baik. Setuju?

Surya : Setuju. Itu ide yang bagus. Sangat Champion sekali.

Pelatih : Oke. Sekarang kamu tidur, sudah malam. Selamat malam, Surya.

Surya : Selamat malam pelatih. Terima kasih atas nasehatnya.

Dalam contoh ini, Surya dalam status yang salah karena tidak sesuai dengan nilai pribadi yaitu dengan memberikan contekan. Apakah anda berpikir si Pencela Batin ini berhenti ketika anda sudah melakukan hal yang benar menurut Nilai pribadi Champion anda.

Tenyata tidak. Si pencela tetaplah si pencela merupakan bagian diri kita yang tidak terpisahkan, yang saya coba berikan lewat ilustrasi berikut ini :


Hanya Saya Yang Tahu


Setelah memberikan satu sesi pelatihan maka Surya pun kembali ke hotel. Selesai masuk ke ruang kamar dan duduk di tempat tidunya. Terdengarlah sebuah suara di benak saya.

Pencela : Presentasi tadi itu buruk tahu.

Surya : Oh ya?

Pencela : Iya. Pada bagian cara bertelepon yang baik. Kamu kurang melakukan prakteknya tahu.

Surya : Maklum saja. Saya kan sampling, lagian pesertanya lebih dari 30 orang sih.

Pencela : Dari awalnya persiapan dong, mengapa menerima peserta lebih dari standar.

Surya : Bagaimana ya, mereka kan sedang mengejar ketinggalan agar semua karyawannya dapat pelatihan ”Service Excellence”.

Pencela : Emangnya gua pikirin. Itukan urusannya mereka.

Surya : Jangan gitu dong. Kita kan punya mimpi untuk membantu orang....

Pencela : Sok bantu loh. Bantu dulu diri sendiri, standar loe, prestasi loe.

Surya : Kita kan harus mempraktekkan dulu ke diri sendiri, supaya orang lain percaya. Apalagi topiknya kan ”Service Excellence”, kita kan harus kasih contoh...

Pencela : Oh yeah?

Dan seterusnya.


Untuk mengubah pencela batin anda menjadi pelatih batin anda, anda harus memahami sebuah prinsip inti bahwa yang mendasari kritik diri dan penilaian diri dimotivasi oleh cinta.

Sebagian diri anda sedang mencoba memotivasi bagian diri anda yang lain untuk melakukan sesuatu yang baik bagi kebaikan anda sendiri.

Seperti halnya orang tua anda, pencela batin anda sebenarnya memikirkan kebaikan anda dengan cara mencela anda. Pencela batin anda ingin anda jadi lebih baik supaya anda mendapat manfaat perilaku yang lebih baik. Masalahnya, pencela batin anda hanya memberitahu anda separuh kebenaran.

Ketika anda masih kecil, orang tua anda mungkin memarahi anda dan menghukum anda tidak boleh keluar dari kamar setelah anda melakukan sesuatu yang bodoh seperti lari ke jalan raya tanpa melihat situasi menengok ke kiri dan ke kanan.


Hampir Pindah Alam

Saya ingat kejadian masa kecil saya ketika saya berusia kurang lebih delapan tahun ketika saya masih tinggal di Gg, Ikan di daerah Tambora. Saya berlari kebut-kebutan dengan cari main motor-motoran.

Brem, brem. Breeeeeeeeem dan saya lari sekencang-kencangnya keluar dari gang saya dan menyeberang ke warungnya “Wak Aji” untuk membeli mainan. Pas setengah jalan dalam menyebrangi jalan raya, hanya selisih satu detik saja, saya baru sadar bahwa saya baru saja mendahului sebuah pengendar vespa yang dikendarai seseorang yang sempat oleng juga jalannya dan seraya berkata, “Weeeei, mau mampus loe?”.

Waktu itu saya pucat, dan setelah saya sadari saat itu bila bukan karena pertolongan ALLAH, satu detik saja saya terlambat, maka saya segera kembali kepangkuanNya dengan segera. Karena itu sekarang saya bersyukur atas setiap tarikan napas yang telah diberikanNya kepada saya.


Kembali ke bahasan kita, sebenarnya yang orang tua kita ingin katakan adalah “Kami menyayangimu” tapi tidak pernah kesampaian. Ketika kita diberikan nasehat kepada ibu dan sepertinya kita menolak nasehat bahkan teguran, orang sering berkomentar bahwa orang tua kita itu sebenarnya saya kepada kita, hanya cara yang mereka pilih adalah lewat teguran atau larangan.

Jika kita salah mengambil respon, kita cenderung melawan dan orang tua kita juga semakin marah dan bila sampai puncaknya kita dengan jengkel meninggalkan mereka, dan mereka menerima perlakuan kita sebagai anaknya dengan hati yang sedih. Begitulah kita dulu sering lakukan ketika kita masih kecil.

Sebenarnya orang tua terutama ibu kita ingin mengatakan kami tidak ingin kamu tertabrak motor atau mobil atau kami ingin kamu ada dekat kami supaya kami bisa melihatmu tumbuh besar menjadi orang dewasa yang bahagia dan sehat dan sebagainya.

Atau larangan untuk naik ke loteng rumah, main layangan, main gangsing, dampu. Itu larangan kembali dalam kebenaran yang sepotong. Maksud sesungguhnya adalah kami menyayangimu nak, kalau kamu jatuh kan harus ke dokter, bila memecahkan kaca jendela tetangga kan tidak enak dan ibu tidak punya uang banyak, itulah cinta yang tidak terungkapkan oleh banyak orang tua diatas kita apakah itu ayah, ibu, paman, bibi, kakek dan nenek anda.

Namun mereka hanya menyampaikan separuh pesan itu dan dibalik kemarahan itu masih ada tiga lagi pesan yang tidak pernah tersampaikan yaitu rasa takut, permintaan khusus dan rasa cinta.

Sebuah pesan cinta akan lengkap bila terlihat seperti ini :

Kemarahan : Kami marah kepadamu karena kamu berlari ke jalanan tanpa melihat ke kiri dan kekanan.

Ketakutan : Kami khawatir kamu akan terluka parah apalagi kalau langsung pindah alam.

Permintaan : Kami ingin kamu lebih hati-hati ketika sedang bermain dekat jalanan. Berhenti dulu sejenak (pause), lalu lihat ke kiri dan kanan melihat situasi kendaraan, kemudian berjalanlah dengan hati-hati sampai keseberang.

Cinta : Kami sangat menyayangimu. Kamu anak laki-laki ibu satu-satunya nak. Kamu sangat berharga bagi kami. Kami ingin kamu aman dan sehat. Kamu berhak mengalami banyak saat menyenangkan dan tetap aman supaya kamu bisa selalu menikmati kehidupan yang maksimal. Masa depan kamu masih panjang. Kamu ngerti, nak?

Nah sekarang ungkapan cintanya baru lengkap.