Friday, September 04, 2009

The Greatest Love of All

Learning to love yourself, it is the greatest love of all. (Britney Houston)

Lagu ini mengingatkan sobat saya sekitar awal tahun 1990 dimana Whitney Houston sempat mempolulerkan lagu ini pada jamannya.
“Kala itu kita masih remaja, yang polos hatinya bercerita....”

”Saya tidak tahu apakah jaman sekarang masih seperti itu,” ujar sobat saya.

Dulu kami sekelas sering mengikuti lagu yang sedang ”in” pada jamannya, kaset masih menjadi barang langka saat itu, atau memang sobat sayanya saja jarang beli kaset. Karena sobat saya yang satu ini sering melintas pertokoan pancoran di daerah pusat perbelanjaan Glodok, jakarta barat. Hebat deh, dia bisa hafal beberapa lagu tanpa beli kasetnya. Irit kecepirit katanya, he he he.

”Sa hun ti cu thia, Ci hun go pa pia, ai phia achia eya...”

Terjemahan bebesnya adalah 3 bagian itu rejeki atau hoki, tujuh bagian itu ada pada kita. Apa yang kau inginkan dan sungguh-sungguh kamu lakukan pasti akan dapat terjadi. Itu salah judul lagu pertama mandarin yang sangat populer pada jamannya.

Sobat sayapun melanjutkan kisahnya.

Tahu nggak sobat, katanya. Lagu ini membawa kenangan yang mendalam bagi diri nya. Lagu ini mengingatkan saya akan teman dekat saya yang suka lagu ini dan saya mencari lagu ini, bernyanyi bersama senang sekali perasaan saya waktu itu.
Dan terjadilah sebuah ”Magical Moment”.

Ada rasa saling ketertarikan, bahkan sampai saat ini pun rasa itu masih ada. (Law of attraction ala ”the secret” nich ye)

Love in the first sight atau first love never die, apa sajalah istilah kerennya.

Heboh. Dari sisi saya sebagai pengembang sumber daya manusia. Itu adalah sebuah bukti bahwa pikiran manusia menyimpan momen-momen yang indah sekaligus yang tidak indah. Tidak terbatas oleh ruang, waktu atau apapun.

Mari kita bandingkan dengan lagu yang jaman sekarang sering kita dengarkan :
“Sumpah I love you, I need you
Aku tak bisa lupakan kamu dari otakku.”

Fungsi memori otaknya sih kelihatannya sama, hanya perbedaan pada masalah respon yang diberikan.

Stephen R. Covey membahas tuntas kebiasaan pertama dari ”7 Kebiasaan Manusia yang Efektif” mengenai respon sebagai berikut :
”Ketika ada stimulus atau rangsangan dari luar, ada sebuah ruang pengambilan keputusan sebelum respon diberikan atas stimulus atau rangsangan tersebut”

Inilah gerbang pertahanan terakhir keputusan manusia, yang disebut ”Freedom to choose” atau terjemahan bebasnya adalah Kebebasan untuk memilih yang merupakan hak asasi setiap manusia.

Kebebasan memilih itu didasari oleh 4 hal yaitu kesadaran diri, hati nurani, imajinasi dan kehendak bebas dalam diri setiap orang.

Kita memang menyimpan memori masa lalu itu, mengenangnya sejenak dan kembali ke alam nyata, alamnya sekarang.

Masa lalu sudah berlalu dan tak akan pernah kembali lagi. Kita hidup untuk hari ini dan menatap hari esok yang menjelang.

Kalau dari lirik lagu ”Sumpah I love You, I need You, aku tak bisa lupakan kamu dari otakku”, rasanya tidak pas.

Pertama kata sumpah, walaupun tidak ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tidak layak dikatakan karena kita tidak berkuasa atas diri kita, hanya ALLAH yang berkuasa. Manusia bisa berusaha, ALLAH yang punya kuasa.

Kemudian I love you, I need you, aku tak bisa lupakan kamu dari otakku. Memang begitulah apa adanya. Memori dalam otak hanya menyimpan dua kelompok besar motivasi mendasar manusia dalam melakukan tindakan yaitu ”pain” atau ”pleasure”. Rasa yang menyakitkan hati atau yang menyenangkan hati.

Jadi, pesan yang disampaikan lagu itu adalah pandangan yang berorientasi pada masa lalu. Kalau kekasihnya balik seh, baik-baik saja kehidupannya. Kalau kekasihnya tidak balik, dia akan terperangkap dalam penjara masa lalu yang kelam, gelap dan tidak ada pengharapan. (kecian deh lu)

Lanjutkan. (memangnya pilpres)

Sekarang kita perhatikan perbedaan antara lirik lagu ”Sumpah I love you” dan ”The greatest love of all”.

Yang pertama menunjukkan ketidak mampuan mengambil respon yang benar. Mencerminkan “pain” atau rasa sakit, yang terasa adalah ketidak mandirian. Seakan-akan berkata saya tidak dapat berbuat apa-apa tanpa kamu, tolong cintailah aku. Karena aku tidak dapat hidup tanpa kamu, mencoba melupakan namun tak berdaya, dan seterusnya…

Yang kedua menunjukkan kemampuan mengambil respon yang benar. Mencerminkan kombinasi “pain” and “pleasure” antara harapan dan kontribusi, impian dengan kenyataan.

Secara detail beberapa pesan yang dapat saya tangkap dari lagu “The Greatest love of All” adalah sebagai berikut :

Dia percaya anak-anak muda adalah generasi muda yang akan memimpin bangsa ini. Didiklah mereka sejak dini agar menjadi pemimpin yang baik. Biarkan anak-anak bertumbuh dan berkembang apa adanya seperti layaknya kita yang sudah dewasa ini dulu.

Setiap orang, tidak hanya anak-anak yang mencari idola dalam hidup ini. Dia pun tidak mendapatkannya sepanjang kehidupannya, karena itu dia belajar untuk mandiri, berdiri diatas kaki sendiri, tidak diatas keberhasilan orang lain. Apapun yang diambil orang dari saya, mereka tidak dapat mengambil keagungan diri saya.

Karena sebuah “Magical Moment” terjadi pada saya. Saya menemukan cinta yang terbesar didalam diri saya dan ternyata itu sangatlah mudah dicapai.

Belajarlah untuk mencintai diri anda sendiri.

Itulah cinta yang terbesar dalam hidup ini.

Jadi temukanlah “Magical Moment” bagi diri anda sendiri. Karena anda bertanggung jawab sepenuhnya terhadap hidup anda, 100%. Ambil tanggung jawab kita, berusahalah dan serahkan hasilnya kepada ALLAH.


Saya akan tutup bagian “The greatest love of all” ini dengan renungan berikut ini :

Insan dalam Cermin

Bila Anda mendapatkan, apa yang Anda usahakan sudah terjadi bahkan dunia menjadikan Anda RAJA (King) pada hari itu...
Pergilah ke depan cermin dan tataplah cermin itu. Dan renungkanlah apa yang insan itu katakan kepada anda.

Dia bukanlah ayah Anda, ibu Anda, isteri atau suami Anda, yang menentukan jalan hidup Anda. Karena yang akan menentukan benar atau tidaknya perkiraan hidup Anda, dia-lah yang sedang termenung di balik cermin.

Anda mungkin satu dari antara yang bernasib baik, juga kaya. Dan berpikir Anda adalah seorang yang sangat hebat. Tetapi insan yang dicermin itu dapat mengatakan bahwa Anda adalah seorang yang berpura-pura, jika Anda tidak dapat melihat lurus matanya dengan tegak.

Anda boleh mengatakan seluruh dunia bodoh disepanjang hidup Anda yang lalu. Dan mendapatkan tepukan dipundak bila Anda mencapai kesuksesan. Tetapi hasil akhir Anda pasti akan melukakan dan menyedihkan, bila Anda telah menipu insan yang ada di dalam cermin itu.

(sebuah refleksi untuk diri kita. I challenge you, full)