Thursday, October 22, 2009

Rasa dalam kehidupan

Pernahkah kau merasa? Pernahkah kau merasa?

Ya, hampir kita semua pernah merasa. Rasa geram, jengkel akan sebuah situasi dan kondisi yang sering kita alami dalam kehidupan.

Kebanyakan dari kira terlalu merasakan akibat dari respon yang salah dalam menyikapi sesuatu hal terlebih lagi keinginan kita menyenangkan orang yang kita cintai namun tidak mendapatkan respon seperti apa yang kita inginkan.

Rasanya, uh. Ingin segera lepas dan pergi meninggalkan tanggung jawab saja, dan disinilah letak bahayanya. Bila kita tidak dapat mengambil alih suasana yang memang kita ciptakan sendiri, tentu saja akanm berakibat fatal bagi diri kita dan pencapaian tujuan kita.

Sinyal-sinyal tanda kekeruhan dalam hubungan antar manusia dapat kita temukan lewat ekspresi wajah. Sebagai contoh, saya mempunyai kewajiban untuk minum segelas teh rosela setiap pagi yang disajikan istri saya dan saya selalu memperhatikan bahasa tubuhnya lewat ekspresi wajah.

Bila dia menatap wajah saya dan memberikan senyuman, ini adalah sebuah sinyal yang baik dan hanya jika menjadi masalah bila dia memberikan segelah the rosela itu dengan memalingkan wajah dan mengarah ke sudut kanan bawah. Ini berarti ada persoalan dengan sebagian porsi besar terletak pada saya dan bukan pada orang lain atau lingkungan tempatnya bekerja.

Mengapa? Karena ketika saya pulang bekerja malam itu dia menyambut saya dengan senyum dan seketika berubah di pagi hari, ini mungkin ada perkataan dan sikap saya yang tidak cocok dengan kepribadiannya.

Jadi, kita dituntut peka dalam membaca rasa ini dan bagi orang yang selalu menggunakan sistematika berpikir otak kiri yang selalu mengikuti prosedur dengan sisi kreativitas otak kanan yang sangat kita butuhkan dalam melakukan empati terhadap masalah rasa ini yaitu rasa marah, sedih, jengkel, senang, takut, kuatir dan rasa-rasa dasar lainnya.

Untuk itu saya ingin menawarkan solusi kombinasi untuk masalah rasa ini yaitu kita gunakan logika berpikir kita yang sistematis itu hanya untuk memetakan dimana letak persoalan lewat lima pertanyaan sistematika berikut ini:

1. Apakah ada penyimpangan dari standar?
2. Apakah sebabnya masih misteri atau belum diketahui?
3. Apakah kita perlu cari tahu sebabnya?

Hanya jika jawaban dari ketiga hal tersebut diatas adalah ya, ya, ya.
Maka itulah yang baru disebut masalah. Jika salah satu dari ketiga jawaban itu "tidak", maka anda harus melanjutkan ke pertanyaan ke empat berikut ini?

4. Apakah anda punya pilihan-pilihan?

Bila jawabannya "ya", maka anda sedang menghadapi sebuah keputusan. Bila jawabannya "tidak", maka anda harus melanjutkan pertanyaan kelima yang merupakan saringan terakhir dalam proses sistematika berpikir berikut ini :

5. Apakah anda punya tindakan antisipasi atau rencana? Jawabannya ya.

Setiap persoalan akan berujung pada tindakan pencegahan atau rencana peningkatan hidup yang lebih baik.

Jadi, setelah anda menemukan persoalan baik itu berupa masalah, keputusan atau antisipasi barulah anda dapat memasang telinga anda sebagai jalan untuk mengaktifkan fungsi otak kanan anda karena ini sangat dibutuhkan dalam membangun jembatan kominikasi secara mental, bersikap empati untuk mendengarkan "rasa" ini.

Sebagai contoh, pernah istri saya menceritakan sebuah situasi di kantornya dan saya langsung saja mengomentarinya tanpa lewat proses diatas, kira-kira apa jawaban istri saya?

"Kamu itu sok tahu, saya hanya perlu di dengarkan saja kok" kata istri saya.

"Jeder, satu kosong." Kata saya dalam hati.

Bila kita memakai "screening" lima pertanyaan yang wajib anda hafalkan, maka soal itu adalah berupa antisipasi saja. Tidak butuh solusi. Dia hanya membutuhkan teman curhat atas situasi atau acara kantornya. Cukup dengan mendengarkan, memberikan anggukan, senyuman, sesekali katakan "oh ya", "mm", maka kita menciptakan hubungan yang harmonis.

Banyak hal selesai dengan cara mendengarkan. Ini tidak mudah. Mudah untuk berbicara dan butuh banyak latihan uintuk mendengarkan untuk menyelesaikan masalah "rasa" ini yang terjadi dalam kehidupan.

Salam Champion,

Surya rachmannuh
0819 3210 5388