Wednesday, October 21, 2009

Kita sepatutnya bersyukur

Melintas di pagi yang cerah di jembatan sebrang Halte kalideres hari ini, tanggal 21 Oktober 2009 saya melihat pemandangan yang tidak lazim setelah membayar ongkos kepada sopir angkot yaitu seorang ibu yang berusia sekitar 40-an sedang menggendong seorang bapak yang berusia lebih tua darinya, entah itu suami atau saudaranya, yang pasti bapak itu tidak mempunyai lengan bawah dan kaki bawah kedua-duanya, lengan yang dimilikinya hanya sebatas siku dan kaki yang dimilikinya hanya sebatas lutut saja.
Saya pun terhenyak untuk beberapa saat dan langsung tergerak ingin memberika sebuah bantuan kecil sekedarnya namun urung saya lakukan karena ibu yang sedang menggendong bapak itu berjalan dengan cepat sekali diiringi oleh wajah murung yang menyiratkan penderitaan mendalam yang tampak dari ekspresi wajahnya sehingga tidak memberikan saya banyak waktu untuk bertindak sesuai dengan keinginan saya.
Sambil berjalan ke depan, ekor mata saya tetap memperhatikan mereka berdua dengan perasaan yang “tidak enak”. Saya tahu pasti bahwa merekalah orang yang pantas dibantu dan itu jelas tergambar lewat wajahnya dan satu hal yang penting yang ingin saya utarakan lewat tulisan ini adalah saya diingatkan akan satu hal yaitu selayak dan sepantasnyalah kita bersyukur atas segala rahmat yang telah dikaruniakan TUHAN kepada kita.
Bukankah kita termasuk saya sering mengeluh ketika segala sesuatu hal terjadi tidak sesuai dengan keinginan kita? Saya sendiri sebagai seorang trainer dan motivator terkadang mengalami banyak hal dalam kehidupan ini yang sering keluhkan baik yang diucapkan ataupun yang saya simpan dalam hati dan hari ini saya belajar lewat peristiwa hari ini bahwa kita sudah sepatutnya bersyukur bahwa kita masih mempunyai anggota tubuh yang lengkap dibandingkan dengan bapak yang sebutkan dalam contoh di atas.
Bila saya ingin berbagi lebih dalam lagi kira-kira apa penyebab yang paling mungkin terjadi sehingga seseorang dapat memiliki cacat tanpa lengan dan kaki bawah kedua-duanya pada contoh diatas adalah :
Sebab pertama adalah dia merupakan seorang korban perang, namun apakah masih relevan dengan jaman kemerdekaan Indonesia seperti sekarang ini sehingga kita harus mencari kemungkinan lain.
Sebab kedua adalah akibat amputasi untuk mencegah penyebaran penyakit tertentu yang dapat mengancam jiwa, namun rasanya tidak masuk akal juga karena mengapa kedua-duanya dan termasuk tangan dan kaki juga.
Sebab ketiga adalah sebab paling mungkin yang masih juga berupa asumsi yang diperlukan kebenarannya adalah karena bapak itu sudah mengalami hal itu sejak dalam kandungan sehingga jelas terlihat ketiadaceriaan dalam wajah bapak itu yang susah saya gambarkan ekspresinya. Tahukah anda bahwa penciptaan terbesar dalam sejarah umat manusia adalah ketika dia sedang berada di dalam kandungan? Disitulah janin membutuhkan asupan gizi dan yang terkadang mengambil hal yang terbaik dari ibu. Sampai pada bagian ini juga masih ada lagi dua kemungkinan yaitu penolakan janin oleh ibu yang sering dilakukan para ibu muda jaman sekarang, namun menimbang pada usia bapak itu yang sekitar lebih dari 40 tahun maka sampailah kita pada kesimpulan akhir yaitu ketidaktahuan ibunda bapak itu akan asupan gizi yang dibutuhkan saat dalam kandungan sehingga bapak tersebut dilahirkan dengan keadaan seperti itu dan kemiskinan adalah sebagai akar penyebab utamanya.
Jadi, insight dari pelajaran kita hari ini adalah mari kita berhenti mengeluh dan menggantinya dengan ucapan syukur kepada TUHAN, sang Pencipta, kepada ibu yang telah merawat dan melahirkan kita sejak dari dalam kandungan , dan kepada ibu dan bapak yang menjadi subyek pembicaraan kita hari ini, marilah kita berdoa agar dimudahkan rejekinya untuk meneruskan perjuangan hidup ini.
I pray for you, full.
Salam Champion,

*) Surya Rachmannuh lahir di Jakarta tahun 1970, lulusan S1 dari Bunda Mulia dan S2 dari Jakarta Institute of Management Studies, Certified ISO Lead Auditor dari SGS, Certified Webmaster dan Problem Solving & Decision Making. Aktif di PT. Kalbe Farma, tbk sebagai “Training Specialist”. Hasil tulisan Alumnus Writer Schoolen “Menulis Buku Best-Seller batch XI” ini dapat dilihat di www.webiddesign.com dan www.pembelajar.com