Wednesday, October 21, 2009

Memilih untuk berpikir positif

Saya tergerak untuk menulis artikel ini menurut berbagai sumber buku seperti “7 Kebiasaan Manusia yang Efektif” karya Stephen R. Covey dan “Prinsip Sukses” ala Jack Canfield. Pertama-tama menurut saya benarlah yang dikatakan Stephen R. Covey tentang rumus sukses yang sejati yaitu bermula dari sebuah benih ide dalam pikiran yang berkembang menjadi sebuah tindakan, tindakan berkembang menjadi sebuah perilaku atau kebiasaan baru, kebiasaan yang diulang akan membentuk sebuah karakter yang baru dan karakter baku inilah yang pada akhirnya akan mengubah nasib seseorang.
Jadi ini adalah sebuah proses pembentukan karakter yang selaras dengan hukum alam dan hukum tanam tuai, yaitu apa yang kita tanam dalam pikiran kita maka akan kita akan menuai hasilnya di dunia nyata. Intinya, memilih berpikir positif adalah sebuah pilihan. Ketika dihadapi sebuah tantangan yang saya ilustrasikan dengan isi air dalam gelas yang memberikan kita dua buah pilihan yaitu separuh kosong atau separuh isi, maka kita dihadapi oleh sebuah pilihan apakah ini memilih berpikir negatif atau pesimis (isi air dalam gelah separuh kosong) atau berpikir positif atau optimis (isi air dalam gelas separuh isi) sehingga korelasi antara pilihan yang terjadi dalam pikiran kita itulah yang akan mempengaruhi tindakan kita di dalam menyikapi sebuah persoalan dalam hidup kita. Jadi berpikir positif bukan meniadakan fakta bahwa isi air memang tidak penuh, melainkan sebuah pilihan yang akan mengubah tindakan kita sampai kepada sebuah kebiasaan dan karakter sampai kita dapat melakukannya tanpa berpikir dan menjadi bagian dalam hidup kita, maka dengan sendirinya kebiasaan dan karakter kitalah yang akan mengatur hidup kita menjadi lebih efektif.
Untuk memperjelas pandangan isi air dalam gelas diatas, saya juga ingin menambahkan lagi sebuah ilustrasi tentang seorang Indian yang mempunyai dua ekor anjing yaitu anjing yang berwarna hitam dan satu lagi anjing yang berwarna putih. Setiap hari kedua anjing ini akan diadu sampai ada salah satu diantaranya mencapai kemenangan. Menariknya, setiap hari Senin, Rabu dan Jumat, kemenangan selalu ada dipihak anjing yang berwarna hitam, sedangkan Selasa, Kamis dan Sabtu, kemenangan ada dipihak anjing yang berwarna putih sedangkan hari Minggu tidak dilakukan perlombaan. Menariknya terkadang trend kemenangan itu bisa berubah juga, hari Senin sampai Rabu, anjing hitam yang menang sedangkan hari Kamis sampai Sabtu, anjing putih yang menang dan pertanyaan ini juga pernah ditanyakan kepada sang Indian, apakah rahasianya sehingga dia dapat mengatur kemenangan pertandingan tersebut dan ternyata jawabannya sangat sederhana, yaitu kepada anjing yang mana sang Indian itu memberikan makan sebelum pertandingan dimulai.
Demikian juga dengan kita. Di dalam setiap manusia ada dua azimat berpikir yaitu Sikap Mental Negatif (SMN) yang membawa anda kepada kegagalan, ketakutan dan kesengsaraan dan Sikap Mental Positif (SMP) yang akan membawa anda kepada kesuksesan, keberanian dan kebahagiaan hidup. Intinya terletak pada pilihan kita, seberapa sering kita mempraktekkan pikiran-pikiran positif yang ditunjukkan lewat tindakan atau perilaku positif seperti rajin, disiplin, jujur, penuh inisiatif, tanggung jawab, keuletan, menghargai orang lain dan sebagainya dalam kehidupan kita sehari-hari bahkan rela untuk bekerja ikhlas yaitu dengan menanamkan benih kebaikan kepada semua orang tanpa mengharapkan imbalan daripadanya.
Jadi kita secara sadar memilih sebuah tindakan yang bertanggung jawab berdasarkan prinsip yang tidak lekang oleh waktu dan bersifat universal seperti hukum gravitasi bumi yang akan selalu mengembalikan setiap benda yang dlempar kembali ke bumi. Apakah perbedaan salam tempel dengan tips? Perbedaannya terletak pada sikap ikhlas dan waktu pelaksanaan tindakan. Seseorang dapat dikatakan ikhlas ketika dia melaksanakan tugasnya dengan baik tanpa memikirkan berapa imbalan atau tips yang didapat seperti seorang bell boy di hotel misalnya, dia melakukan dulu tugas dan tanggung jawabnya untuk mengantar tamu hotel, menyalakan ac dan menjelaskan beberapa fasilitas di kamar hotel dan berhak atas berapa pun tips yang diberikan bahkan tidak mengeluh bila tidak mendapatkan tips sama sekali.
Salam tempel dilakukan orang akibat dari penyimpangan dari sebuah prosedur atau sistem. Contoh orang malas antri sehingga memberikan uang tempel atau pelicin agar diberikan kemudahan. Dulu mengurus Surat Ijin Mengemudi dan STNK tidak mudah alias dipersulit sehingga menimbulkan banyak biro jasa yang juga merupakan perpanjangan tangan untuk memudahkannya atau orang yang ingin mempunyai SIM itu sibuk atau bahkan tidak mempunyai kemampuan sama sekali, namun sekarang jaman sudah berubah memang masih ada beberapa penyimpangan namun tidak seperti dulu, di jaman reformasi kita melihat banyak gebrakan yang dilakukan di era reformasi ini yang sangat baik namun butuh waktu untuk menghilangkan persepsi “Salam Tempel” ini di banyak institusi di negeri ini.
Berpikir positif baru dikatakan tidak pada tempatnya ketika sesuatu hal yang salah dan bertentangan dengan hati nurani di legalkan atau disahkan. Contoh : boleh dong mencuri untuk kebaikan seperti Robin Hood, ini merupakan kebenaran yang sepotong. Boleh dong menerima salam tempel asal yang memberi “ikhlas” atau “diikhlaskan menurut sistem dan prosedur yang ada”, bahkan lewat pelatihan Spiritual sekalipun yang banyak beredar sekarang apalagi sampai membenarkan “Salam tempel” jelas ini adalah sebuah kesalahan yang dobel, baik salah secara pikiran positif juga secara spiritual.
Saya akan tutup sharing saya lewat sebuah rumus dari Jack Canfield yaitu Peristiwa + Respon = Outcome atau hasil yang diinginkan. Pertama-tama, anda harus menentukan dulu cita-cita, tujuan atau hasil yang diinginkan, misalnya sepasang laki-laki dan perempuan mendambakan sebuah pernikahan di gedung (outcome), namun takdir berbicara lain, terjadi peristiwa gempa yang mengakibatkan gedung itu rusak parah sehingga mengancam batalnya pesta pernikahan tersebut. Peristiwa sudah terjadi dan menghalangi hasil yang diinginkan (outcome) sehingga yang tersisa adalah sebuah pilihan lagi, apakah berpikir negatif dengan cara mengeluh, mengomel bahkan bisa mengatakan Tuhan itu tidak adil ataukah sebaliknya, kita memilih untuk berpikir positif dan melakukan tindakan positif pula dengan cara mengabarkan kepada seluruh undangan tentang perpindahan gedung yang sedianya di dalam dilaksanakan ditempat yang berbeda atau di taman (garden party) dekat dengan tempat pemberkatan pernikahan pasangan itu. Inilah kenyataan dalam hidup, kita tidak dapat selalu mendapatkan hasil yang kita inginkan, namun kita selalu mendapatkan pilihan sebuah respon atas segala peristiwa atau persoalan yang terjadi dalam hidup kita.

Salam Champion,

*) Surya Rachmannuh lahir di Jakarta tahun 1970, lulusan S1 dari Bunda Mulia dan S2 dari Jakarta Institute of Management Studies, Certified ISO Lead Auditor dari SGS, Certified Webmaster dan Problem Solving & Decision Making. Aktif di PT. Kalbe Farma, tbk sebagai “Training Specialist”. Hasil tulisan Alumnus Writer Schoolen “Menulis Buku Best-Seller batch XI” ini dapat dilihat di www.webiddesign.com dan www.pembelajar.com